Siapa
yang tidak kenal kota Bandung di Jawa Barat ? Kota ini
dikenal sebagai pusat gerai pakaian mutakhir, kota wisata, termasuk wisata
kuliner. Namun, sebenarnya pesona kota Bandung lebih dari itu. Deretan gunung-gunung
sekelilingnya tidak saja menyajikan keindahan alam tetapi juga menyimpan
sejarah geologis yang menarik.
Puluhan
juta tahun lalu dataran tinggi kota Bandung bukanlah berupa daratan melainkan
berupa lautan. Tanah tempat berdirinya kota Bandung sekarang berada di dasar
laut, penuh dengan terumbu karang. Garis pantainya berada di sekitar daerah
Pengalengan yang kini merupakan sebuah kota di sebelah selatan kota Bandung.
Kemudian sekitar 10 juta tahun lalu,terjadi proses pengangkatan kerak bumi sehingga
kawasan ini berubah menjadi daratan. Proses tersebut juga diikuti oleh
munculnya gunung-gunung api yang tersebar baik di daerah selatan maupun daerah
utara. Beragam gunung api lainnya juga terus tumbuh, sehingga bentuk daerah ini
berubah menjadi cekungan yang dinamakan Cekungan Bandung. Di bagian utara
cekungan berdiri Gunung Burangrang,Gunung Sunda, Gunung Tangkuban Parahu dan
Bukit Tunggul, sementara di bagian selatan menjulang gunung Malabar, gunung
Tilu dan gunung Patuha. Pada bagian timur Gunung Manglayang menutup cekungan,
sedangkan bukit-bukit kapur Padalarang-Rajamandala mengelilingi cekungan di
bagian barat. Di dalam cekungan, mengalir sungai Citarum Purba yang mata airnya
berasal dari gunung-gunung tersebut. Diantara gunung-gunung yang terbentuk,
terdapat sebuah gunung besar bernama Gunung Sunda. Gunung yang tingginya
mencapai 4.000 meter ini memiliki puncak yang diselimuti salju. Letusan dahsyat
pada 105 ribu tahun lalu, meluluhlantakkan 2/3 bagian gunung ini dan membentuk
kaldera besar seluas6 x 8 kilometer. Dari dasar kaldera inilah muncul gunung
Tangkuban Parahu beberapa ribu tahun kemudian. Saat itu muntahan material dari
letusan gunung Sunda menutupi areal yang sangat luas, menyapu rimba belantara
dengan pohon-pohon besarnya, dan mengubur binatang-binatang besar yang menghuni
daerah tersebut seperti badak, kuda nil dan rusa. Aliran sungai Citarum
Purba juga turut terbendung, mempercepat
proses terjadinya danau yang
pembentukannyatelah dimulai beberapa ribu tahun sebelumnya akibat
aktivitas tektonik. Pada akhirnya cekungan akhirnya terisi air dan
dinamakan Danau Bandung Purba dengan
ketinggian permukaan airnya mencapai 712,5 meter dari permukaan laut. Menurut
perkiraan manusia purba juga sempat menyaksikan keberadaan danau ini. Hal ini
dibuktikan dengan penemuan artefak seperti mata anak panah, pisau, kapak batu
atau kerangka manusia purba, di puncak-puncak bukit di sekitar Cekungan
Bandung.Aliran air Danau Bandung Purba akhirnya menemukan jalan keluar dengan
membobol dinding bagian barat cekungan. Sejak itu permukaan air danau mulai
menyurut sampai ke dasarnya pada 16 ribu tahun lalu, menyisakan lahan basah
seperti rawa dan situ. Karena itu, tidak mengherankan jika banyak nama tempat
di Bandung menggunakan awalan kata yang memiliki kaitan dengan daerah berair
seperti ranca (rawa), situ (danau kecil) dan bojong/tanjung (daratan menjorok
ke air). Seiring dengan berjalannya waktu, Cekungan Bandung berkembang menjadi
daerah permukiman penduduk. Awalnya penduduk hanya memanfaatkan air yang melimpah
di sini untuk membuat sawah dan balong (kolam ikan). Namun, semuanya itu
berubah ketika cekungan Bandung memasuki era modern dalam beberapa dekade
belakangan ini. Kini Cekungan Bandung telah berubah menjadi wilayah perkotaan
besar, modern, pusat bisnis, kota industry dan kota wisata.Di tengah kesibukan
membangun, keunikan sejarah geologis pembentukan daerah inipun seolah-olah
terlupakan. Tempat-tempat yang merupakan jejak kisah sejarah tersebut diabaikan
bahkan cenderung dirusak. Perbukitan kapur di Padalarang,bukti keberadaan
terumbu karang dan tempat ditemukannya kerangka manusia purba,
lebih
dipilih untuk tempat industri penambangan kapur tanpa menyisakan ruang untuk
dijadikan kawasan lindung. Malahan sisa-sisa keberadaan air seperti rawa,situ,
sawah atau balong, semakin menghilang berubah menjadi kompleks perumahan dan
perkantoran. Gunung-gunung di sekitar cekungan juga merana karena hutan di lereng-lerang
gunung telah dibabat habis untuk daerah pertanian dan perumahan.Akibatnya
daerah resapan air menyusut dan membuat pasokan air ke tanah dan pasokan ke
sungai turun drastis. Sungguh ironis jika Cekungan Bandung yang dahulu kaya
akan air ini dalam beberapa tahun ke depan akan menghadapi masalah kesulitan
mendapatkan air.
No comments:
Post a Comment