Friday, May 29, 2015

Makalah Potensi Daerah Karst Citatah - Padalarang

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan di dunia ini, kita  tidak  akan lepas dari  fenomena-fenomena  Geosfer yang terjadi  di permukaan bumi. Fenomana yang saya angkat kali ini adalah tentang potensi daerah karst di kawasan Citatah,Padalarang. Kawasan Karst ini keberadaannya sangat berpengaruh dimana Fenomena  Geosfer ini erat kaitannya dengan  kehidupan manusia maupun lingkungannya.Dalam suatu fenomena tersebut banyak sekali terdapat pengaruh dan manfaat bagi kelangsungan hidup di seluruh bumi ini ,Karst salah  satunya. Karst ini merupakan suatu Kawasan  yang kaya akan Sumber daya alam,tak khayal masyarakat pun mengekploitasinya untuk memenuhi kebutuhannya , batuan gamping contohnya,Batuan ini digunakan masyarakat untuk dijadikan bahan bangunan, kerajinan,Dll. Namun Pengekploitasian secara besar-besaran menimbulkan permasalahan dan mengakibatkan suatu dampak bagi kita baik positif maupun negatif.

1.2      Tujuan

Pembuatan Makalah  ini bertujuan agar setiap mahasiswa mampu meneliti serta mengamati  objek pengamatan tentang Kawasan karst , sehingga mahasiswa diharapkan menguasai secara utuh materi yang disampaikan   didalam perkuliahan dan menginformasikannya  kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian Kawasan karst yang merupakan suatu aset bagi generasi kita di masa yang akan datang.



BAB II
PEMBAHASAN
Pendahuluan
Karst adalah jenis batuan gamping yang telah mengalami proses pelarutan dengan batuan asam karbonat dan asam lainnya sebagai hasil dari proses pembusukan sisa-sisa tumbuhan di atasnya.Pembentukan Fisiografis secara umum berupa bukit-bukit dengan besar dan ketinggian yang beragam. Ciri khas bentang alam ini selain pembukitan, adanya dekokan/cekungan dengan berbagai ukuran. Pengasatan permukaan yang terganggu, serta gua dan sistem pengasatan bawah tanah.
Perlindungan kawasan karst dan gua-gua di bawahnya dalam UU No. 24 th 1992 bahwa yang termasuk kawasan lindung diantaranya kawasan resapan air dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan (pasal 7) yang merupakan kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya (pasal 3).
Bentuk - bentuk alam yang terjadi di daerah karst diantaranya:
1.     
Dolina adalah lubang lubang yang berbanuk corong. Dolina dapat terjadi karena erosi (pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua bagian pegunungan kapur di Jawa bagian selatan, yaitu di pegunungan seribu.
  1. Gua dan sungai di dalam Tanah Di dalam tanah kapur mula-mula terdapat celah atau retakan. Retakan akan semakin besar dan membentuk gua-gua atau lubang-lubang, karena pengaruh larutan.Jika lubang-lubang itu berhubungan, akan terbentuklah sungai-sungai di dalam tanah.
3.      Stalaktit adalah kerucut kerucut kapur yang bergantungan pada atap gua. Terbentuk tetesan air kapur dari atas gua. Stalakmit adalah kerucut-kerucut kapur yang berdiri pada dasar gua.
Karst Citatah
Barangkali semua pecinta alam yang ada di Bandung atau mungkin saja pecinta alam dari luar Bandung mengetahui kawasan ini. Sebuah kawasan di Bandung Barat tepatnya di km 5 dari padalarang, sepintas saja bila memasuki kota Bandung dari arah Cianjur, Bogor, Jakarta yang melewati puncak atau Jonggol akan kelihatan jelas berada di samping kanan. Dengan morphologi kawasan yang berbukit dan terbentuk sebagian besar dari kapur, Citatah terlihat berbeda dengan bukit-bukit pada umumnya. Citatah pernah menjadi bahan perbincangan di berbagai media lokal dan nasional, setelah KRCB (Kelompok Riset Cekungan Bandung) melakukan kajian terhadap kawasan ini. Sebagian penemuan KRCB yang fenomenal yaitu ditemukannya situs purba di Gua Pawon pada 9 Desember 2000 yang untuk pertama kalinya di Goa Pawon, Pasir Pawon, Kars Citatah, antara lain berupa alat-alat batu dan tulang, gerabah, sisa tulang, dan gigi binatang.
             Kawasan karst di Citatah kini menjadi daerah yang selalu dituju oleh para penggiat alam terbuka, pemanjat tebing, atau para wisatawan yang hanya ingin menikmati suasana Bandung Purba. Memang, bila berada di kawasan ini selama beberapa hari, di Gunung Masigit atau Gua Pawon, suasana zaman dahulu terasa sangat kental. Bagi para penggiat alam terbuka dan pemanjat tebing,  Citatah pun sering dijadikan tempat latihan, baik untuk kegiatan pendidikan dasar ataupun pendidikan lanjutan. Tentang kegiatan pendidikan ini, salah satu tebing di kawasan Citatah sudah lama dijadikan tempat latihan militer, tepatnya di tebing 48. Di atas atau puncak Tebing 48 ini terdapat sebuah monumen berbentuk pisau belati yang biasa digunakan untuk kegiatan-kegiatan alam terbuka. Selain tebing 48, ada juga tebing 125 yang biasa dijadikan tempat latihan dan tujuan pemanjatan.
             Dengan karakteristik yang khas dan menarik, tebing 125 menjadi kawah candradimuka-nya pemanjat-pemanjat tebing di Bandung. Gua pawon dan sekitarnya setelah ditemukan fosil-fosil sudah menjadi kawasan konservasi yang tidak bisa begitu saja di pakai untuk kegiatan-kegiatan alam terbuka. Walaupun pada awalnya Gua Pawon selalu dijadikan tempat untuk praktek Caving atau susur gua. Tidak hanya penggiat alam terbuka dari Bandung saja yang sering menggunakan kawasan ini, banyak perhimpunan dari luar Bandung seperti dari luar Jawa seperti Sumatera, Lampung dan yang sering menggunakan kawasan ini untuk latihan ataupun ekspedisi.
Bagi pecinta alam, kawasan karst Citatah adalah daerah kajian yang harus dipertahankan. Ini karena menyangkut masa depan lingkungan pada umumnya. Di yogyakarta isu-isu tentang konservasi kawasan karst ini sudah menjamur sejak tahun 2000, saat itu ada sebuah perhimpunan yang melakukan lokakarya kawasan karst. Tinjauan langsung kelapangan setelah lokakarya menyimpulkan sebuah hal tentang pentingnya konservasi kawasan karst.
            Karst adalah nama kawasan batu gamping di daerah Yugoslavia. Dimana akhirnya nama ini dipakai untuk menyebut secara umum suatu kawasan yang menunjukkan fenomena alam yang terjadi karena perpecahan batu gamping/kapur, dolomite, gypsum atau garam oleh air hujan, es yang mencair, aliran sungai ataupun aliran air bawah tanah yang menghasilkan formasi atau bentuk celah, lubang, gua dan saluran-saluran air. Dapat juga dikatakan kawasan ini merupakan bagian muka bumi yang dialasi oleh bentukan yang mengalami proses karstifikasi atau pelarutan batu gamping oleh air. Gua karst sendiri terjadi dengan memakan waktu ratusan bahkan ribuan tahun. Fenomena ini memperlihatkan morfologi yang unik seperti adanya sistem aliran air bawah tanah, dekorasi gua dll.
            Fenomena unik dari kawasan karst ini menjadi isu yang penting setelah terjadinya kerusakan-kerusakan seputar kawasan karst. Bila kerusakan ini terus menerus terjadi, kemungkinan ekologi seputar kawasan ini juga terganggu. Dalam sistem ekologi ketika satu sistem terganggu maka sistem secara keseluruhan juga akan terganggu. Mungkin saja dampak kerusakan di Citatah hanya bisa dirasakan sedikit saat ini, seperti tertutupnya beberapa kawasan yang bisa dijadikan tempat untuk latihan karena longsoran atau getaran alat berat yang dikhawatirkan akan mencelakakan para pemanjat tebing. bukanlah hal yang mustahil bila kerusakan di Citatah tidak diperhatikan, para pecinta alam ataupun penggiat alam terbuka tidak akan lagi merasakan kawasan ini, baik sebagai tempat latihan atau tempat pendidikan dasar anggotanya.
            Selanjutnya, barangkali bila kawasan karst Citatah sudah rusak, bukan saja penggiat alam terbuka dan pecinta alam yang akan merasakan dampaknya tapi semua elemen dalam sistem ekologi termasuk manusia akan merasakan dampaknya. Melakukan sebuah usaha nyata untuk konservasi kawasan karst seperti penghijauan atau bahkan penghentian pertambangan untuk beberapa bukit kapur menjadi sebuah keharusan agar keseimbangan alam serta kelestarian lingkungan tetap terjaga.
Potensi Kawasan Karst Citatah
Tidak hanya batuan gamping saja yang terdapat di kawasan ini namun  dari aspek hidrologi wilayah endokarst (dalam karst) di kawasan karst ini kaya akan sumber air. Dalam Aspek Ilmu Pengetahuan, gua di kawasan ini dapat dijadikan suatu laboratorium alam bagi ilmuwan biologi, geologi, karstologi, dll. Gua juga merupakan habitat bagi kelelawar,  dan walet. Walet yang tinggal dalam gua merupakan aset hayati yang sangat berharga. Gua juga merupakan aset wisata alam yang sangat unik dan menarik baik sebagai gua wisata umum maupun khusus (adventure). Contoh :Gua Pawon.
Gua tertentu dapat dikembangkan sebagai obyek wisata gua. Fenomena bukit karst alam. Macam olah raga dapat dikembangkan di kawasan ini antara lain penyusuran gua, panjat tebing, lintas medan, jalan lari-lintas medan.


Gua Pawon
Goa Pawon terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Padalarang, Kabupaten Bandung, atau sekitar 25 km arah barat Kota Bandung. Lokasi penemuan terletak tidak jauh dari sisi jalan raya yang menghubungkan Bandung–Cianjur dan kota-kota lainnya di sebelah barat. Disebut Goa Pawon karena lokasi temuan berada di dalam goa kars yang terletak di sisi tebing bukit kars Gunung Masigit yang oleh penduduk setempat dinamakan Goa Pawon. Dalam bahasa Sunda, pawon artinya sama dengan dapur. Jika diukur dengan permukaan tanah terendah di daerah itu yang diperkirakan merupakan dasar danau, maka letak goa tersebut berada pada ketinggian sekitar 100 meter. Lebih dari seabad silam, para peneliti sudah menduga bahwa Dataran Tinggi Bandung pernah dijadikan hunian manusia sejak zaman prasejarah. Dugaan ini diperkuat dengan ditemukannya berbagai peralatan dari batu seperti anak panah, pisau, dan kapak yang terbuat dari batu obsidian dan artefak lainnya yang tersebar di beberapa tempat. USAHA menemukan jejak manusia purba di Dataran Tinggi Bandung akhirnya menjadi kenyataan ketika pertengahan Juli lalu, para arkeolog dari Balai Arkeologi (Balar) Bandung yang menindaklanjuti penelitian sekelompok geolog muda yang tergabung dalam Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB), menemukan fosil manusia purba di daerah yang disebut Goa Pawon.
Penelitian lebih mendalam terhadap Goa Pawon barulah dilakukan dua tahun kemudian oleh Balar Bandung. Dipimpin arkeolog Drs Lutfi Youndri, penelitian dilakukan sejak 10-19 Juli lalu. Dari penggalian yang dilakukan, selain ditemukan sekitar 20.250 serpihan tulang-belulang dan 4.050 serpihan batu, pada kedalaman 80 cm ditemukan fosil tulang tengkorak manusia. Sementara pada kedalaman 120 cm, ditemukan fosil tulang kering dan telapak kaki manusia prasejarah. Baik Lutfi maupun Tony Djubiantono meyakini masih terdapat fosil individu lainnya di tempat tersebut.
Pada sedimen goa tersebut diakui pernah ditemukan artefak, kepingan tulang vertebrata dan beberapa jenis moluska darat. Menurut dia, penemuan itu mengukuhkan nilai arkeologi goa yang informasinya dapat dipakai untuk menafsirkan keberadaan manusia purba atau prasejarah yang diduga tinggal di sekitar pinggiran Danau Bandung Purba. Ia menduga, goa tersebut hanya merupakan tempat persinggahan dan bukan merupakan tempat tinggal manusia prasejarah. Di sebelah utara, menjulang tinggi gunung api yang dikelilingi laut. Tingginya sekitar 3.000 meter. Karena puncaknya selalu diselimuti es, gunung tersebut dinamakan Gunung Sunda, kata yang berasal dari bahasa Sanksakerta. Cuda artinya putih, bersih. Kelak dikemudian hari, sejalan dengan peristiwa geologi yang terjadi, daratan bagian selatan Pulau Jawa makin terdesak ke atas. Sementara pantainya di bagian utara makin terdesak sehingga dasar laut di daerah Dataran Tinggi Bandung berubah menjadi daratan.
Bukti fenomena alam tersebut hingga kini masih bisa kita saksikan dengan jelas jika memasuki Bandung dari arah barat, baik melalui Cianjur maupun Purwakarta/Cikampek. Seperti kawasan kars lainnya, kawasan kars Padalarang yang tersebar di daerah Cipatat dan Tagogapu, pada awalnya berasal dari koloni binatang dan tumbuhan yang hidup dan tumbuh di laut dangkal. Namun, dengan terjadinya pergeseran pantai, koloni binatang dan tumbuhan tersebut kemudian mati lalu membentuk batu gamping. Apa yang bisa kita saksikan sekarang ini sebenarnya merupakan hasil proses geologi setelah batuan tersebut kemudian terangkat ke permukaan. Gunung Sunda yang terdapat di Dataran Tinggi Bandung merupakan gunung api yang sangat aktif. Gunung api tersebut diperkirakan mengalami beberapa kali letusan dahsyat. Gunung Tangkubanperahu yang menjadi land mark Dataran Tinggi Bandung dan Gunung Burangrang di sebelahnya yang selalu dikait-kaitkan dengan legenda Sangkuriang, sebenarnya merupakan parasit Gunung Sunda setelah mengalami beberapa kali letusan dahsyat.
Letusan dahsyat itu juga meningalkan patahan Lembang yang hingga kini bisa kita saksikan jika berkunjung ke daerah bagian utara Bandung. Peristiwa alam tersebut tidak terhenti sampai di situ. Sebagai gunung api yang hingga masih aktif, dalam salah satu letusannya yang paling dahsyat, Gunung Tangkubanperahu memuntahkan abu dan material vulkanik lainnya. Aliran lava dan awan panas mengalir ke segala penjuru sampai akhirnya menyumbat aliran Sungai Citarum dan sejumlah anak sungainya di daerah yang kini bernama Rajamandala.
Secara perlahan-lahan, sumbatan lava itu akhirnya menciptakan Danau Bandung yang sangat luas. Di kalangan masyarakat Sunda, danau tersebut sering disebut Situ Hyang. Permukaan air Danau Bandung Purba ketika itu diperkirakan tingginya sekitar 725 meter di atas permukaan laut. Ini berarti, bibir danau tersebut membentang dari Sanghyang Tikoro di Rajamandala di sebelah barat sampai Cicalengka di sebelah timur, sejauh lebih kurang 50 km
Danau Bandung Purba sebenarnya bukanlah hanya dongeng semata. Secara geologis, fenomena itu bisa dibuktikan dengan berbagai peristiwa alam yang pernah dilalui dalam perjalanan sejarahnya. Dataran Tinggi Bandung yang kini dihuni lebih dari tujuh juta jiwa manusia, pada awalnya merupakan dasar lautan. Daratan tertinggi hanya ada di daerah Pangalengan.


 Kerusakan Kawasan Karst Citatah
Kerusakan lingkungan karst  ini dapat  terjadi karena Pembakaran batu gamping untuk kapur  Pengambilan fasfat, guano, mineral kalsit, stalagtit/stalagmit dari gua-gua  Komersialisasi gua-gua batu gamping secara sembrono  Pengambilan sarang walet dan kelelawar. Penelusuran gua oleh "pecinta alam" tanpa mengerti yang harus diperhatikan, tanpa mengenal ekologi gua yang rapuh, dan tanpa mengetahui konservasi lingkungan gua .Kerusakan total kawasan batu gamping dan pembuatan semen Usaha gampingisasi lahan-lahan pertanian. Sepeti yang terjadi gunung masigit Kecamatan Padalarang,Kabupaten Bandung .Penggalian bukit kapur di sekitar kawasan Gunung Masigit , sebaiknya mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah. Pengawasan dan pembatasan izin pertambangan kapur itu diperlukan, mengingat di daerah tersebut terdapat beberapa cagar geologi yang nilainya sangat tinggi bagi kelestarian budaya serta ilmu pengetahuan. Cagar Geologi yang terdapat di daerah itu, antara lain Gua Pawon, Pabeasan, Gunung Hawu, dan Gunung Manik. Semuanya berada dalam radius sekitar 3 kilometer dengan pusatnya Gua Pawon di Kawasan Gunung Masigit, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung. Jika penggalian batu gamping dibiarkan hingga habis, bencana lebih besar akan menanti. Akibat tersingkapnya batu gamping ke permukaan batu lempung, formasi batu asih yang mempunyai sifat lemah dan tidak stabil, akan memicu longsor meluas dan hilangnya sumber air. terjadinya penambangan liar di kawasan tersebut karena bukit-bukitnya mengandung kapur, Jika ditinjau dari sudut ekonomi jangka pendek sangat menggiurkan karena bisa dipakai untuk aneka industri, seperti bahan baku semen portland, batu lantai, batu tempel, dan kapur tohor. Juga belakangan batu gamping juga dipakai untuk industri kosmetik, karet, pasta gigi, pigmen, farmasi, cat, besi-baja, dan agroindustri.



BAB III
KESIMPULAN


Kawasan karst Citatah merupakan suatu kawasan yang memiliki nilai histories dan geologi yang tinggi sehingga keberadaan kawasan ini perlu di pertahankan. Dimana dikawasan ini terdapat situs-situs  bersejarah yang  sangat penting bagi ilmu pengetahuan. Olen karena itu mari kita menjaga bersama kelestarian kawasan karst ini serta pemerintah  perlu berperan aktif untuk menjaga kelestarian kawasan ini dengan pengawasan yang khusus  dan  memaksimalkan Peraturan Daerah No 2 tahun 2002 tentang Cagar Geologi. Agar kawasan ini tetap ada hingga generasi kita di masa yang akan datang.



No comments: