BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
kehidupan di dunia ini, kita tidak akan lepas dari fenomena-fenomena Geosfer yang terjadi di permukaan bumi. Fenomana yang saya angkat kali ini
adalah tentang potensi daerah karst di kawasan Citatah,Padalarang. Kawasan
Karst ini keberadaannya sangat berpengaruh dimana Fenomena Geosfer ini erat kaitannya dengan kehidupan manusia maupun lingkungannya.Dalam suatu fenomena tersebut
banyak sekali terdapat pengaruh dan manfaat bagi kelangsungan hidup di seluruh
bumi ini ,Karst salah satunya. Karst ini
merupakan suatu Kawasan yang kaya akan Sumber
daya alam,tak khayal masyarakat pun mengekploitasinya untuk memenuhi kebutuhannya
, batuan gamping contohnya,Batuan ini digunakan masyarakat untuk dijadikan
bahan bangunan, kerajinan,Dll. Namun Pengekploitasian secara besar-besaran
menimbulkan permasalahan dan mengakibatkan suatu dampak bagi kita baik positif
maupun negatif.
1.2
Tujuan
Pembuatan Makalah ini bertujuan agar setiap mahasiswa mampu
meneliti serta mengamati objek
pengamatan tentang Kawasan karst , sehingga mahasiswa diharapkan menguasai
secara utuh materi yang disampaikan
didalam perkuliahan dan menginformasikannya kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga
kelestarian Kawasan karst yang merupakan suatu aset
bagi generasi kita di masa yang akan datang.
BAB II
PEMBAHASAN
Pendahuluan
Karst adalah jenis batuan gamping
yang telah mengalami proses pelarutan dengan batuan asam karbonat dan asam
lainnya sebagai hasil dari proses pembusukan sisa-sisa tumbuhan di atasnya.Pembentukan
Fisiografis secara umum berupa bukit-bukit dengan besar dan ketinggian yang
beragam. Ciri khas bentang alam ini selain pembukitan, adanya dekokan/cekungan
dengan berbagai ukuran. Pengasatan permukaan yang terganggu, serta gua dan
sistem pengasatan bawah tanah.
Perlindungan kawasan karst dan gua-gua di bawahnya dalam UU No. 24
th 1992 bahwa yang termasuk kawasan lindung diantaranya kawasan resapan air dan
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan (pasal 7) yang merupakan kawasan yang
memberikan perlindungan kawasan dibawahnya (pasal 3).
Bentuk - bentuk alam yang terjadi di daerah karst
diantaranya:
1.
Dolina adalah lubang lubang yang berbanuk corong. Dolina dapat terjadi karena erosi (pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua bagian pegunungan kapur di Jawa bagian selatan, yaitu di pegunungan seribu.
Dolina adalah lubang lubang yang berbanuk corong. Dolina dapat terjadi karena erosi (pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua bagian pegunungan kapur di Jawa bagian selatan, yaitu di pegunungan seribu.
- Gua dan sungai di dalam Tanah Di dalam tanah kapur mula-mula
terdapat celah atau retakan. Retakan akan semakin besar dan membentuk
gua-gua atau lubang-lubang, karena pengaruh larutan.Jika lubang-lubang itu
berhubungan, akan terbentuklah sungai-sungai di dalam tanah.
3.
Stalaktit adalah kerucut
kerucut kapur yang bergantungan pada atap gua. Terbentuk tetesan air kapur dari
atas gua. Stalakmit adalah kerucut-kerucut kapur yang berdiri pada dasar gua.
Karst Citatah
Barangkali semua pecinta alam yang ada di Bandung
atau mungkin saja pecinta alam dari luar Bandung
mengetahui kawasan ini. Sebuah kawasan di Bandung Barat tepatnya di km 5 dari
padalarang, sepintas saja bila memasuki kota Bandung dari arah Cianjur, Bogor ,
Jakarta yang
melewati puncak atau Jonggol akan kelihatan jelas berada di samping kanan.
Dengan morphologi kawasan yang berbukit dan terbentuk sebagian besar dari
kapur, Citatah terlihat berbeda dengan bukit-bukit pada umumnya. Citatah pernah
menjadi bahan perbincangan di berbagai media lokal dan nasional, setelah KRCB
(Kelompok Riset Cekungan Bandung) melakukan kajian terhadap kawasan ini.
Sebagian penemuan KRCB yang fenomenal yaitu ditemukannya situs purba di Gua
Pawon pada 9 Desember 2000 yang untuk pertama kalinya di Goa Pawon, Pasir
Pawon, Kars Citatah, antara lain berupa alat-alat batu dan tulang, gerabah,
sisa tulang, dan gigi binatang.
Kawasan karst di Citatah kini menjadi daerah yang selalu dituju oleh para
penggiat alam terbuka, pemanjat tebing, atau para wisatawan yang hanya ingin
menikmati suasana Bandung Purba. Memang, bila berada di kawasan ini selama
beberapa hari, di Gunung Masigit atau Gua Pawon, suasana zaman dahulu terasa
sangat kental. Bagi para penggiat alam terbuka dan pemanjat tebing, Citatah pun sering dijadikan tempat latihan,
baik untuk kegiatan pendidikan dasar ataupun pendidikan lanjutan. Tentang
kegiatan pendidikan ini, salah satu tebing di kawasan Citatah sudah lama
dijadikan tempat latihan militer, tepatnya di tebing 48. Di atas atau puncak
Tebing 48 ini terdapat sebuah monumen berbentuk pisau belati yang biasa digunakan
untuk kegiatan-kegiatan alam terbuka. Selain tebing 48, ada juga tebing 125
yang biasa dijadikan tempat latihan dan tujuan pemanjatan.
Dengan karakteristik yang khas dan menarik, tebing 125 menjadi kawah
candradimuka-nya pemanjat-pemanjat tebing di Bandung . Gua pawon dan sekitarnya setelah
ditemukan fosil-fosil sudah menjadi kawasan konservasi yang tidak bisa begitu
saja di pakai untuk kegiatan-kegiatan alam terbuka. Walaupun pada awalnya Gua
Pawon selalu dijadikan tempat untuk praktek Caving atau susur gua. Tidak hanya
penggiat alam terbuka dari Bandung saja yang
sering menggunakan kawasan ini, banyak perhimpunan dari luar Bandung seperti dari luar Jawa seperti
Sumatera, Lampung dan yang sering menggunakan kawasan ini untuk latihan ataupun
ekspedisi.
Bagi pecinta alam, kawasan karst
Citatah adalah daerah kajian yang harus dipertahankan. Ini karena menyangkut
masa depan lingkungan pada umumnya. Di yogyakarta isu-isu tentang konservasi
kawasan karst ini sudah menjamur sejak tahun 2000, saat itu ada sebuah
perhimpunan yang melakukan lokakarya kawasan karst. Tinjauan langsung
kelapangan setelah lokakarya menyimpulkan sebuah hal tentang pentingnya
konservasi kawasan karst.
Karst adalah nama kawasan batu gamping di daerah Yugoslavia . Dimana akhirnya nama
ini dipakai untuk menyebut secara umum suatu kawasan yang menunjukkan fenomena
alam yang terjadi karena perpecahan batu gamping/kapur, dolomite, gypsum atau
garam oleh air hujan, es yang mencair, aliran sungai ataupun aliran air bawah
tanah yang menghasilkan formasi atau bentuk celah, lubang, gua dan
saluran-saluran air. Dapat juga dikatakan kawasan ini merupakan bagian muka
bumi yang dialasi oleh bentukan yang mengalami proses karstifikasi atau
pelarutan batu gamping oleh air. Gua karst sendiri terjadi dengan memakan waktu
ratusan bahkan ribuan tahun. Fenomena ini memperlihatkan morfologi yang unik
seperti adanya sistem aliran air bawah tanah, dekorasi gua dll.
Fenomena unik dari kawasan karst ini menjadi isu yang penting setelah
terjadinya kerusakan-kerusakan seputar kawasan karst. Bila kerusakan ini terus
menerus terjadi, kemungkinan ekologi seputar kawasan ini juga terganggu. Dalam
sistem ekologi ketika satu sistem terganggu maka sistem secara keseluruhan juga
akan terganggu. Mungkin saja dampak kerusakan di Citatah hanya bisa dirasakan
sedikit saat ini, seperti tertutupnya beberapa kawasan yang bisa dijadikan
tempat untuk latihan karena longsoran atau getaran alat berat yang
dikhawatirkan akan mencelakakan para pemanjat tebing. bukanlah hal yang
mustahil bila kerusakan di Citatah tidak diperhatikan, para pecinta alam
ataupun penggiat alam terbuka tidak akan lagi merasakan kawasan ini, baik
sebagai tempat latihan atau tempat pendidikan dasar anggotanya.
Selanjutnya, barangkali bila kawasan karst Citatah sudah rusak, bukan saja
penggiat alam terbuka dan pecinta alam yang akan merasakan dampaknya tapi semua
elemen dalam sistem ekologi termasuk manusia akan merasakan dampaknya.
Melakukan sebuah usaha nyata untuk konservasi kawasan karst seperti penghijauan
atau bahkan penghentian pertambangan untuk beberapa bukit kapur menjadi sebuah
keharusan agar keseimbangan alam serta kelestarian lingkungan tetap terjaga.
Potensi Kawasan Karst Citatah
Tidak hanya
batuan gamping saja yang terdapat di kawasan ini namun dari aspek hidrologi wilayah endokarst (dalam karst) di kawasan karst ini kaya akan
sumber air. Dalam Aspek Ilmu Pengetahuan, gua di kawasan ini dapat dijadikan
suatu laboratorium alam bagi ilmuwan biologi, geologi, karstologi, dll. Gua
juga merupakan habitat bagi kelelawar, dan walet. Walet yang tinggal dalam gua
merupakan aset hayati yang sangat berharga. Gua juga merupakan aset wisata alam
yang sangat unik dan menarik baik sebagai gua wisata umum maupun khusus
(adventure). Contoh :Gua Pawon.
Gua tertentu
dapat dikembangkan sebagai obyek wisata gua. Fenomena bukit karst alam. Macam
olah raga dapat dikembangkan di kawasan ini antara lain penyusuran gua, panjat
tebing, lintas medan , jalan lari-lintas medan .
Gua
Pawon
Goa Pawon terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat,
Padalarang, Kabupaten Bandung, atau sekitar 25 km arah barat Kota Bandung.
Lokasi penemuan terletak tidak jauh dari sisi jalan raya yang menghubungkan
Bandung–Cianjur dan kota-kota lainnya di sebelah barat. Disebut Goa Pawon
karena lokasi temuan berada di dalam goa kars
yang terletak di sisi tebing bukit kars
Gunung Masigit yang oleh penduduk setempat dinamakan Goa Pawon. Dalam bahasa
Sunda, pawon artinya sama dengan dapur. Jika diukur dengan permukaan tanah
terendah di daerah itu yang diperkirakan merupakan dasar danau, maka letak goa
tersebut berada pada ketinggian sekitar 100 meter. Lebih dari seabad silam,
para peneliti sudah menduga bahwa Dataran Tinggi Bandung pernah dijadikan hunian
manusia sejak zaman prasejarah. Dugaan ini diperkuat dengan ditemukannya
berbagai peralatan dari batu seperti anak panah, pisau, dan kapak yang terbuat
dari batu obsidian dan artefak lainnya yang tersebar di beberapa tempat. USAHA
menemukan jejak manusia purba di Dataran Tinggi Bandung akhirnya menjadi
kenyataan ketika pertengahan Juli lalu, para arkeolog dari Balai Arkeologi
(Balar) Bandung yang menindaklanjuti penelitian sekelompok geolog muda yang
tergabung dalam Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB), menemukan fosil manusia
purba di daerah yang disebut Goa Pawon.
Penelitian lebih mendalam terhadap Goa Pawon barulah dilakukan dua
tahun kemudian oleh Balar Bandung. Dipimpin arkeolog Drs Lutfi Youndri,
penelitian dilakukan sejak 10-19 Juli lalu. Dari penggalian yang dilakukan,
selain ditemukan sekitar 20.250 serpihan tulang-belulang dan 4.050 serpihan
batu, pada kedalaman 80 cm ditemukan fosil tulang tengkorak manusia. Sementara
pada kedalaman 120 cm, ditemukan fosil tulang kering dan telapak kaki manusia
prasejarah. Baik Lutfi maupun Tony Djubiantono meyakini masih terdapat fosil
individu lainnya di tempat tersebut.
Pada sedimen goa tersebut diakui pernah ditemukan artefak, kepingan
tulang vertebrata dan beberapa jenis moluska darat. Menurut dia, penemuan itu
mengukuhkan nilai arkeologi goa yang informasinya dapat dipakai untuk
menafsirkan keberadaan manusia purba atau prasejarah yang diduga tinggal di
sekitar pinggiran Danau Bandung Purba. Ia menduga, goa tersebut hanya merupakan
tempat persinggahan dan bukan merupakan tempat tinggal manusia prasejarah. Di
sebelah utara, menjulang tinggi gunung api yang dikelilingi laut. Tingginya
sekitar 3.000 meter. Karena puncaknya selalu diselimuti es, gunung tersebut
dinamakan Gunung Sunda, kata yang berasal dari bahasa Sanksakerta. Cuda artinya
putih, bersih. Kelak dikemudian hari, sejalan dengan peristiwa geologi yang
terjadi, daratan bagian selatan Pulau Jawa makin terdesak ke atas. Sementara
pantainya di bagian utara makin terdesak sehingga dasar laut di daerah Dataran
Tinggi Bandung berubah menjadi daratan.
Bukti fenomena alam tersebut hingga kini masih bisa kita saksikan
dengan jelas jika memasuki Bandung
dari arah barat, baik melalui Cianjur maupun Purwakarta/Cikampek. Seperti
kawasan kars lainnya, kawasan kars Padalarang yang tersebar di daerah
Cipatat dan Tagogapu, pada awalnya berasal dari koloni binatang dan tumbuhan
yang hidup dan tumbuh di laut dangkal. Namun, dengan terjadinya pergeseran
pantai, koloni binatang dan tumbuhan tersebut kemudian mati lalu membentuk batu
gamping. Apa yang bisa kita saksikan sekarang ini sebenarnya merupakan hasil
proses geologi setelah batuan tersebut kemudian terangkat ke permukaan. Gunung
Sunda yang terdapat di Dataran Tinggi Bandung merupakan gunung api yang sangat
aktif. Gunung api tersebut diperkirakan mengalami beberapa kali letusan
dahsyat. Gunung Tangkubanperahu yang menjadi land mark Dataran Tinggi Bandung
dan Gunung Burangrang di sebelahnya yang selalu dikait-kaitkan dengan legenda
Sangkuriang, sebenarnya merupakan parasit Gunung Sunda setelah mengalami
beberapa kali letusan dahsyat.
Letusan dahsyat itu juga meningalkan patahan Lembang yang hingga
kini bisa kita saksikan jika berkunjung ke daerah bagian utara Bandung . Peristiwa alam tersebut tidak
terhenti sampai di situ. Sebagai gunung api yang hingga masih aktif, dalam
salah satu letusannya yang paling dahsyat, Gunung Tangkubanperahu memuntahkan
abu dan material vulkanik lainnya. Aliran lava dan awan panas mengalir ke
segala penjuru sampai akhirnya menyumbat aliran Sungai Citarum dan sejumlah
anak sungainya di daerah yang kini bernama Rajamandala.
Secara
perlahan-lahan, sumbatan lava itu akhirnya menciptakan Danau Bandung yang
sangat luas. Di kalangan masyarakat Sunda, danau tersebut sering disebut Situ
Hyang. Permukaan air Danau Bandung Purba ketika itu diperkirakan tingginya
sekitar 725 meter di atas permukaan laut. Ini berarti, bibir danau tersebut
membentang dari Sanghyang Tikoro di Rajamandala di sebelah barat sampai
Cicalengka di sebelah timur, sejauh lebih kurang 50 km
Danau Bandung Purba sebenarnya bukanlah hanya dongeng semata. Secara
geologis, fenomena itu bisa dibuktikan dengan berbagai peristiwa alam yang
pernah dilalui dalam perjalanan sejarahnya. Dataran Tinggi Bandung yang kini
dihuni lebih dari tujuh juta jiwa manusia, pada awalnya merupakan dasar lautan.
Daratan tertinggi hanya ada di daerah Pangalengan.
Kerusakan
Kawasan Karst Citatah
Kerusakan lingkungan karst
ini dapat terjadi karena
Pembakaran batu gamping untuk kapur Pengambilan fasfat, guano,
mineral kalsit, stalagtit/stalagmit dari gua-gua Komersialisasi gua-gua
batu gamping secara sembrono Pengambilan sarang walet dan
kelelawar. Penelusuran gua oleh "pecinta alam" tanpa mengerti yang
harus diperhatikan, tanpa mengenal ekologi gua yang rapuh, dan tanpa mengetahui
konservasi lingkungan gua .Kerusakan total kawasan batu gamping dan pembuatan
semen Usaha gampingisasi lahan-lahan pertanian. Sepeti yang terjadi gunung
masigit Kecamatan Padalarang,Kabupaten Bandung .Penggalian bukit kapur di
sekitar kawasan Gunung Masigit , sebaiknya mendapatkan perhatian dari pemerintah
daerah. Pengawasan dan pembatasan izin pertambangan kapur itu diperlukan,
mengingat di daerah tersebut terdapat beberapa cagar geologi yang nilainya
sangat tinggi bagi kelestarian budaya serta ilmu pengetahuan. Cagar Geologi
yang terdapat di daerah itu, antara lain Gua Pawon, Pabeasan, Gunung Hawu, dan
Gunung Manik. Semuanya berada dalam radius sekitar 3 kilometer dengan pusatnya
Gua Pawon di Kawasan Gunung Masigit, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung.
Jika penggalian batu gamping dibiarkan hingga habis, bencana lebih besar akan
menanti. Akibat tersingkapnya batu gamping ke permukaan batu lempung, formasi
batu asih yang mempunyai sifat lemah dan tidak stabil, akan memicu longsor
meluas dan hilangnya sumber air. terjadinya penambangan liar di kawasan
tersebut karena bukit-bukitnya mengandung kapur, Jika ditinjau dari sudut
ekonomi jangka pendek sangat menggiurkan karena bisa dipakai untuk aneka
industri, seperti bahan baku semen portland , batu
lantai, batu tempel, dan kapur tohor. Juga belakangan batu gamping juga dipakai
untuk industri kosmetik, karet, pasta gigi, pigmen, farmasi, cat, besi-baja,
dan agroindustri.
BAB III
KESIMPULAN
Kawasan karst Citatah merupakan suatu kawasan yang
memiliki nilai histories dan geologi yang tinggi sehingga keberadaan kawasan
ini perlu di pertahankan. Dimana dikawasan ini terdapat situs-situs bersejarah yang sangat penting bagi ilmu pengetahuan. Olen
karena itu mari kita menjaga bersama kelestarian kawasan karst ini serta
pemerintah perlu berperan aktif untuk menjaga
kelestarian kawasan ini dengan pengawasan yang khusus dan
memaksimalkan Peraturan Daerah No 2 tahun 2002 tentang Cagar Geologi.
Agar kawasan ini tetap ada hingga generasi kita di masa yang akan datang.
No comments:
Post a Comment