DESKRIPSI UMUM
Fisiografi
Kampuchea
memiliki wilayah seluas 181.916 km, atau kira-kira seluas Pulau Sulawesi.
Secara fisik, negeri ini menyerupai pining. Di bagian tengah terletak Dataran
Besar Tonle Sap, bagian pinggirnya terbentuk oleh sejumlah pegunungan,
Pegunungan Dong Rak *Phanon Dang Reh) di Utara, Pegunungan Cardamon di Barat,
plato Rotanokiril, dan plato Mondol Kiri di Timur. Barisan pegunungan ini
memiliki ketinggian 750 – 900 m. Gunung Phnum Aoral (1.771 m) di Pegunungan
Cardamon merupakan puncak tertinggi di Kampuchea.
Danau Tonle Sap memiliki ciri-ciri geografis yang luas biasa.
Air danau ini dialirkan oleh Sungai Tonic Sap, anak Sungai Mekong, yang
biasanya meluap antara bulan Mei dan bulan Oktober. Dalam bulan-bulan ini,
cabang-cabang Sungai Mekong di Vietnam bagian Selatan tidak mampu mengatasi
luapan air dari daerah yang dilaluinya. Akibatnya, luapan air tersebut kembali
ke Sungai Bassac dan Sungai Tonle Sap, hingga membanjiri daerah di sekitar
danau. Pada puncaknya, banjir ini mampu melipatgandakan luas permukaan danau
dari 3.000 km2 menjadi 10.000 km2 lebih. Gejala itu
benar-benar penting artinya bagi perikanan darat Kampuchea.
Daerah pantai sepanjang 560 km di sepanjang Teluk Siam
merupakan tanah berbatu-batu dan memiliki beberapa pulau lepas pantai yang
kecil. Teluk Kampong Saom memiliki salah satu pelabuhan alam yang paling baik
di Asia Tenggara dan menjadi satu-satunya pelabuhan berair dalam di republik
ini. Dataran pantainya sebagian besar sempit dan terpotong-potong oleh
Pegunungan Gajah (Pegunungan Elephant), yang membujur kea rah pantai.
Iklim
Kampuchea
mengalami iklim tropis dengan musim kemarau pada bulan November – Mei, ketika
negeri ini berada di bawah pengaruh angina musim Timur Laut. Dalam bulan
Januari sebagian besar daerahnya menerima curah hujan kurang dari 50 mm. Dalam
bulan-bulan selebihnya (Juni – Oktober), angina bertiup dari Laut. Banyaknya
curah hujan tahunan di setiap tempat ditentukan oleh terbukanya daerah tersebut
pada tiupan angina musim Barat Daya. Dengan demikian, Pegunungan Gajah dan
Pegunungan Cardamon dapat menerima curh hujan sampai 3.050 mm per tahun.
Sementara Dataran Besar Tonle Sap, yang terletak di daerah bayangan hujan,
menerima curah hujan kurang dari 1.525 mm per tahun. Semakin ke Timur, semakin
abertambah curah hujan tahunan secara keseluruhan, sementara ketinggian
tanahnya juga terus bertambah. Plato-plato dapat menerima curah hujan sampai
2.540 mm per tahun.
Suhu rata-rata per tahun untuk sebagian besar wilayah Kampuchea
mencapai sekitar 27° C dan pergeseran angka suhu jarang melebihi 8° C. Bulan
Desember biasanya merupakan bulan paling dingin. Sementara musim kemarau terus
berjalan, suhu meningkat sampai memuncak pada akhir bulan Mei.
Flora dan Fauna
Tidak
meratanya curah hujan tercermin dalam variasi tumbuh-tumbuhan alam di negeri
ini. Di plato dan pegunungan yang memiliki curah hujan tinggi, terdapat hutan
tropis yang hijau sepanjang tahun. Di daerah-daerah rendah yang lebih kering,
hutan ini tiba-tiba berganti daun dan sabana yang di sana-sini ditumbuhi
pepohonan. Di Battambang Barat Laut terdapat sabana yang di sana-sini ditumbuhi
rerumputan, sementara bakau tumbuh di sepanjang pantai dan bamboo tumbuh di
daerah-daerah yang lebih kering. Dataran aluvium Kampuchea memiliki berbagai
tanaman, di antaranaya kelapa, karet, jeruk, kapuk, pisang, lath, tembakau,
kapas, tebu, nila, dan sayur-sayuran.
Kehidupan binatang liar mencakup gajah, banteng, harimau,
harimau kumbang, macan tutul, beruang, dan binatang buruan kecil. Burung yang
paling lazim dijumpai adalah blekok, jejang, belibis, juao, merak, pelican,
pecuk padi, kuntul, dan itik liar.
Penduduk
Penduduk
negeri ini tergolong paling muda di dunia, 66% berada di bawah umur 30 tahun dan
hanya sekitar 4% yang berumur lebih dari 60 tahun. Meskipun angka kematian
cukup tinggi (diperkirakan mencapai 17,6 per 1.000 penduduk), laju pertambahan
penduduk mencapai 1,9 persen per tahun.
Kepadatan penduduknya rendah (kira-kira 49/km2),
kecuali di sepanjang jalur lalu lintas air, bahkan daerah-daerah yang
sebenarnya dapat dibudidayakan sangat kekurangan penduduk. Kota terbesar, yaitu
Ibu Kota Phnom Penh, diperkirakan hanya berpenduduk sekitar 800.000 jiwa.
Kelompok Etnik
Kelompok
etnik utama di Kampuchea adalah orang Khmer, yang mencakup 94% penduduk negeri
ini dengan mata pencaharian utama bertani. Tetapi bangsa Khmer modern
sebenarnya merupakan keturunan berbagai ras yang sudah berbaur satu sama lain
selama berabad-abad, bahkan sebelum nenek moyang mereka berpindah ke delta Mekong
yang subur (Plato Korat, sekarang termasuk wilayah Thailand) sebelum tahun 200
SM. Masuknya orang India, yang berlangsung dalam beberapa gelombang pada awal
Tarikh Masehi, menimbulkan Indianisasi bangsa Khmer. Dalam abad ke-8, bangsa
Khmer diserbu orang Melayu (Jawa). Serbuan ini kemudian disusul oleh kedatangan
orang Thai (dari abad ke-10 hingga abad ke-15), orang Vietnam (mulai dari abad
ke-17), dan orang China (dalam abad ke-17 dan ke-19). Akibat pembauran,
ciri-ciri fisik orang Khmer sangat bervariasi.
Selain kelompok mayoritas Khmer, di negeri ini terdapat
kelompok minoritas China dan Vietnam. Orang China terutama hidup di kota
sebagai pengusaha, sedang orang Vietnam umumnya bekerja sebagai buruh
perkebunan karet, nelayan, tukang, atau pedagang.
Penduduk lain terutama terdiri dari beberapa kelompok etnik
Asia lain, termasuk kelompok Melayu Cham (di Kampuchea dikenal sebagai orang
Khmer Islam) dan suku-suku bangsa primitive yakni orang Khmer Loeu (disebut
juga orang Khmer gunung), yang terdiri dari orang Jaral Rhade, Stieng, Kui,
Pear, dan Saoch.
Pembauran antara orang Khmer dan Orang China telah
berlangsung secara luas. Sedang perkawinan campuran dengan orang Vietnam jauh
lebih sedikit akibat ketidak percayaan orang Khmer kepada kelompok tersebut,
yang sudah berurat-berakar di kalangan mereka secara turun-temurun. Dengan
orang Melayu Cham, pembauran mengalami hembatan karena kelompok ini
mempertahankan agama Islam sementara kelompok etnik mayoritas Khmer umumnya
beragama Budha.
Bahasa
Bahasa
resmi dan bahasa yang paling lazim di Kampuchea adalah bahasa Khmer. Bahasa ini
di samping agama dan tradisi orang Khmer, mengikat orang Khmer menjadi satu
bangsa dan membuat Kampuchea menjadi Negara, yang boleh dikatakan stabil
sebelum tahun-tahun peperangan.
Agama
Agama
utama di Kampuchea adalah agama Budha Theravada, yang berasal dari India dan
pernah manjadi agama resmi di Kampuchea. Ajaran agama ini telah begitu meresap
dalam kehidupan orang Kampuchea.
Meskipun adat-istiadat, yang mengharuskan semua lelaki di negeri
ini untuk masuk biara selama jangka waktu tertentu, sekarang sudah terdesak
akibat perkembangan pendidikan sekuler. Di negeri ini terdapat puluhan ribu
biarawan Budha yang hiduip dalam ribuan wat
(kuil). Dua decade lalu, agama Budha dilarang oleh pemerintah Khmer Merah,
tetapi rezim Heng Smrin yang berkuasa sejak akhir tahun 1978, konon telah
memulihkannya. Di negeri ini sekitar 88% rakyat masih menganut agama Budha.
Ekonomi
Ekonomi
negeri ini bertumpu pada sector pertanian. Sektor ini menyerap sekitar 70% dan
seluruh tenaga kerja, kendati tanah yang dibudidayakan hanya mencakup sekitar
17% dari seluruh wilayahnya.
Pertanian di Kampuchea didominasi oleh pertanian padi.
Sebagian besar penduduk pedesaan hidup bertanam padi. Tanaman ini yang
merupakan bahan pangan utama penduduk Negara ini, dibudidayakan terutama di
daerah sepanjang Sungai Mekong dan di sekitar Danau Tonle Sap. Hingga tahun
1970 – an hasil pertanian negara ini mampu mencukupi kebutuhan penduduknya,
bahkan sebagian diekspor ke negara lain, tetapi akhir-akhir ini hasil padi
seluruhnya (kira-kira 2,4 juta ton per tahun) mengalami penurunan. Para petani
sulit mendapatkan pupuk, bibit unggul, dan obat hama padi. Lagi pula, kemarau
panjang sering terjadi di negeri ini. Sementara itu, sarana irigasi yang telah
berhasil dibangun, banyak yang hancur atau terlantar karena perang. Akibatnya,
Kampuchea yang dulu mampu mengekspor beras, kini justru harus bergantung pada
bantuan pangan luar negeri (sekitar 150.000 ton per tahun). Menghadapi
kekurangan pangan di negeri ini ratusan penduduk mengungsi ke Thailand atau
tinggal menunggu bantuan pangan yang disalurkan badan PBB dan organisasi
internasional lainnya.
Plato-plato bertanah basal di propinsi Kampong Cham dan
propinsi Rotanokinli sebenarnya sangat cocok untuk pembudidayaan karet. Dulu
Kampuchea termasuk Negara penghasil karet terbesar di dunia. Tetapi kini
produksinya sudah jauh menurun. Pada tahun 1990, misalnya negeri ini hanya
mampu menghasilkan sekitar 29.000 ton. Komoditas pertanian lain yang dihasilkan
dalam jumlah terbatas, antara lain umbi-umbian, jagung, buncis, dan tembakau.
Kampuchea tidak memiliki industri besar. Dari sejumlah
industri kecil yang ada di negeri ini hanya beberapa jenis yang pantas disebut,
yakni industri semen, industri daging, industri kayu, dan industri rokok.
Perang yang berkepanjangan menghancurkan perindustrian negeri ini. Kurangnya
tenaga kerja yang terampil, bahan mentah industri, dan suku cadang, menyebabkan
produksi pabrik-pabrik pemerintah jauh di bawah kapasitas yang sebenarnya.
Sementara itu, situasi dalam negeri yang belum pulih akibat perang itu
menyebabkan Negara-negara dan para investor asing dengan menanamkan modal di
negeri ini.
Akibat peperangan itu juga, Kampuchea menderita deficit
perdagangan yang luas biasa besarnya. Nilai impornya lebih besar dibandingkan
dengan nilai ekspornya.
Lalu lintas air di daerah pedalaman Kampuchea merupakan
tambahan yang sangat penting bagi jalan raya negeri ini yang panjangnya
mencapai 14.000 km lebih, namun baru sekitar 18% yang sudah diaspal. Jalan
kereta api, dengan panjang sekitar 650 km, menghubungkan Phnom Penh dengan
Poipet di daerah perbatasan Thailand dan dengan Kampong Saom. Bandar udara
Pochentong (dekat Phnom Penh) dapat didarati pesawat jet. Perusahaan
penerbangan nasionalnya melayani hubungan udara dengan Hongkong dan berbagai
kota di Asia Tenggara.
No comments:
Post a Comment