Monday, June 1, 2015

Geografi Regional Kamboja

DESKRIPSI UMUM

Fisiografi
Kampuchea memiliki wilayah seluas 181.916 km, atau kira-kira seluas Pulau Sulawesi. Secara fisik, negeri ini menyerupai pining. Di bagian tengah terletak Dataran Besar Tonle Sap, bagian pinggirnya terbentuk oleh sejumlah pegunungan, Pegunungan Dong Rak *Phanon Dang Reh) di Utara, Pegunungan Cardamon di Barat, plato Rotanokiril, dan plato Mondol Kiri di Timur. Barisan pegunungan ini memiliki ketinggian 750 – 900 m. Gunung Phnum Aoral (1.771 m) di Pegunungan Cardamon merupakan puncak tertinggi di Kampuchea.
Danau Tonle Sap memiliki ciri-ciri geografis yang luas biasa. Air danau ini dialirkan oleh Sungai Tonic Sap, anak Sungai Mekong, yang biasanya meluap antara bulan Mei dan bulan Oktober. Dalam bulan-bulan ini, cabang-cabang Sungai Mekong di Vietnam bagian Selatan tidak mampu mengatasi luapan air dari daerah yang dilaluinya. Akibatnya, luapan air tersebut kembali ke Sungai Bassac dan Sungai Tonle Sap, hingga membanjiri daerah di sekitar danau. Pada puncaknya, banjir ini mampu melipatgandakan luas permukaan danau dari 3.000 km2 menjadi 10.000 km2 lebih. Gejala itu benar-benar penting artinya bagi perikanan darat Kampuchea.
Daerah pantai sepanjang 560 km di sepanjang Teluk Siam merupakan tanah berbatu-batu dan memiliki beberapa pulau lepas pantai yang kecil. Teluk Kampong Saom memiliki salah satu pelabuhan alam yang paling baik di Asia Tenggara dan menjadi satu-satunya pelabuhan berair dalam di republik ini. Dataran pantainya sebagian besar sempit dan terpotong-potong oleh Pegunungan Gajah (Pegunungan Elephant), yang membujur kea rah pantai.
Iklim
Kampuchea mengalami iklim tropis dengan musim kemarau pada bulan November – Mei, ketika negeri ini berada di bawah pengaruh angina musim Timur Laut. Dalam bulan Januari sebagian besar daerahnya menerima curah hujan kurang dari 50 mm. Dalam bulan-bulan selebihnya (Juni – Oktober), angina bertiup dari Laut. Banyaknya curah hujan tahunan di setiap tempat ditentukan oleh terbukanya daerah tersebut pada tiupan angina musim Barat Daya. Dengan demikian, Pegunungan Gajah dan Pegunungan Cardamon dapat menerima curh hujan sampai 3.050 mm per tahun. Sementara Dataran Besar Tonle Sap, yang terletak di daerah bayangan hujan, menerima curah hujan kurang dari 1.525 mm per tahun. Semakin ke Timur, semakin abertambah curah hujan tahunan secara keseluruhan, sementara ketinggian tanahnya juga terus bertambah. Plato-plato dapat menerima curah hujan sampai 2.540 mm per tahun.
Suhu rata-rata per tahun untuk sebagian besar wilayah Kampuchea mencapai sekitar 27° C dan pergeseran angka suhu jarang melebihi 8° C. Bulan Desember biasanya merupakan bulan paling dingin. Sementara musim kemarau terus berjalan, suhu meningkat sampai memuncak pada akhir bulan Mei.
 Flora dan Fauna
Tidak meratanya curah hujan tercermin dalam variasi tumbuh-tumbuhan alam di negeri ini. Di plato dan pegunungan yang memiliki curah hujan tinggi, terdapat hutan tropis yang hijau sepanjang tahun. Di daerah-daerah rendah yang lebih kering, hutan ini tiba-tiba berganti daun dan sabana yang di sana-sini ditumbuhi pepohonan. Di Battambang Barat Laut terdapat sabana yang di sana-sini ditumbuhi rerumputan, sementara bakau tumbuh di sepanjang pantai dan bamboo tumbuh di daerah-daerah yang lebih kering. Dataran aluvium Kampuchea memiliki berbagai tanaman, di antaranaya kelapa, karet, jeruk, kapuk, pisang, lath, tembakau, kapas, tebu, nila, dan sayur-sayuran.
Kehidupan binatang liar mencakup gajah, banteng, harimau, harimau kumbang, macan tutul, beruang, dan binatang buruan kecil. Burung yang paling lazim dijumpai adalah blekok, jejang, belibis, juao, merak, pelican, pecuk padi, kuntul, dan itik liar.
Penduduk
Penduduk negeri ini tergolong paling muda di dunia, 66% berada di bawah umur 30 tahun dan hanya sekitar 4% yang berumur lebih dari 60 tahun. Meskipun angka kematian cukup tinggi (diperkirakan mencapai 17,6 per 1.000 penduduk), laju pertambahan penduduk mencapai 1,9 persen per tahun.
Kepadatan penduduknya rendah (kira-kira 49/km2), kecuali di sepanjang jalur lalu lintas air, bahkan daerah-daerah yang sebenarnya dapat dibudidayakan sangat kekurangan penduduk. Kota terbesar, yaitu Ibu Kota Phnom Penh, diperkirakan hanya berpenduduk sekitar 800.000 jiwa.
Kelompok Etnik
Kelompok etnik utama di Kampuchea adalah orang Khmer, yang mencakup 94% penduduk negeri ini dengan mata pencaharian utama bertani. Tetapi bangsa Khmer modern sebenarnya merupakan keturunan berbagai ras yang sudah berbaur satu sama lain selama berabad-abad, bahkan sebelum nenek moyang mereka berpindah ke delta Mekong yang subur (Plato Korat, sekarang termasuk wilayah Thailand) sebelum tahun 200 SM. Masuknya orang India, yang berlangsung dalam beberapa gelombang pada awal Tarikh Masehi, menimbulkan Indianisasi bangsa Khmer. Dalam abad ke-8, bangsa Khmer diserbu orang Melayu (Jawa). Serbuan ini kemudian disusul oleh kedatangan orang Thai (dari abad ke-10 hingga abad ke-15), orang Vietnam (mulai dari abad ke-17), dan orang China (dalam abad ke-17 dan ke-19). Akibat pembauran, ciri-ciri fisik orang Khmer sangat bervariasi.
Selain kelompok mayoritas Khmer, di negeri ini terdapat kelompok minoritas China dan Vietnam. Orang China terutama hidup di kota sebagai pengusaha, sedang orang Vietnam umumnya bekerja sebagai buruh perkebunan karet, nelayan, tukang, atau pedagang.
Penduduk lain terutama terdiri dari beberapa kelompok etnik Asia lain, termasuk kelompok Melayu Cham (di Kampuchea dikenal sebagai orang Khmer Islam) dan suku-suku bangsa primitive yakni orang Khmer Loeu (disebut juga orang Khmer gunung), yang terdiri dari orang Jaral Rhade, Stieng, Kui, Pear, dan Saoch.
Pembauran antara orang Khmer dan Orang China telah berlangsung secara luas. Sedang perkawinan campuran dengan orang Vietnam jauh lebih sedikit akibat ketidak percayaan orang Khmer kepada kelompok tersebut, yang sudah berurat-berakar di kalangan mereka secara turun-temurun. Dengan orang Melayu Cham, pembauran mengalami hembatan karena kelompok ini mempertahankan agama Islam sementara kelompok etnik mayoritas Khmer umumnya beragama Budha.
Bahasa
Bahasa resmi dan bahasa yang paling lazim di Kampuchea adalah bahasa Khmer. Bahasa ini di samping agama dan tradisi orang Khmer, mengikat orang Khmer menjadi satu bangsa dan membuat Kampuchea menjadi Negara, yang boleh dikatakan stabil sebelum tahun-tahun peperangan.
Agama
Agama utama di Kampuchea adalah agama Budha Theravada, yang berasal dari India dan pernah manjadi agama resmi di Kampuchea. Ajaran agama ini telah begitu meresap dalam kehidupan orang Kampuchea.
Meskipun adat-istiadat, yang mengharuskan semua lelaki di negeri ini untuk masuk biara selama jangka waktu tertentu, sekarang sudah terdesak akibat perkembangan pendidikan sekuler. Di negeri ini terdapat puluhan ribu biarawan Budha yang hiduip dalam ribuan wat (kuil). Dua decade lalu, agama Budha dilarang oleh pemerintah Khmer Merah, tetapi rezim Heng Smrin yang berkuasa sejak akhir tahun 1978, konon telah memulihkannya. Di negeri ini sekitar 88% rakyat masih menganut agama Budha.
 Ekonomi
Ekonomi negeri ini bertumpu pada sector pertanian. Sektor ini menyerap sekitar 70% dan seluruh tenaga kerja, kendati tanah yang dibudidayakan hanya mencakup sekitar 17% dari seluruh wilayahnya.
Pertanian di Kampuchea didominasi oleh pertanian padi. Sebagian besar penduduk pedesaan hidup bertanam padi. Tanaman ini yang merupakan bahan pangan utama penduduk Negara ini, dibudidayakan terutama di daerah sepanjang Sungai Mekong dan di sekitar Danau Tonle Sap. Hingga tahun 1970 – an hasil pertanian negara ini mampu mencukupi kebutuhan penduduknya, bahkan sebagian diekspor ke negara lain, tetapi akhir-akhir ini hasil padi seluruhnya (kira-kira 2,4 juta ton per tahun) mengalami penurunan. Para petani sulit mendapatkan pupuk, bibit unggul, dan obat hama padi. Lagi pula, kemarau panjang sering terjadi di negeri ini. Sementara itu, sarana irigasi yang telah berhasil dibangun, banyak yang hancur atau terlantar karena perang. Akibatnya, Kampuchea yang dulu mampu mengekspor beras, kini justru harus bergantung pada bantuan pangan luar negeri (sekitar 150.000 ton per tahun). Menghadapi kekurangan pangan di negeri ini ratusan penduduk mengungsi ke Thailand atau tinggal menunggu bantuan pangan yang disalurkan badan PBB dan organisasi internasional lainnya.
Plato-plato bertanah basal di propinsi Kampong Cham dan propinsi Rotanokinli sebenarnya sangat cocok untuk pembudidayaan karet. Dulu Kampuchea termasuk Negara penghasil karet terbesar di dunia. Tetapi kini produksinya sudah jauh menurun. Pada tahun 1990, misalnya negeri ini hanya mampu menghasilkan sekitar 29.000 ton. Komoditas pertanian lain yang dihasilkan dalam jumlah terbatas, antara lain umbi-umbian, jagung, buncis, dan tembakau.
Kampuchea tidak memiliki industri besar. Dari sejumlah industri kecil yang ada di negeri ini hanya beberapa jenis yang pantas disebut, yakni industri semen, industri daging, industri kayu, dan industri rokok. Perang yang berkepanjangan menghancurkan perindustrian negeri ini. Kurangnya tenaga kerja yang terampil, bahan mentah industri, dan suku cadang, menyebabkan produksi pabrik-pabrik pemerintah jauh di bawah kapasitas yang sebenarnya. Sementara itu, situasi dalam negeri yang belum pulih akibat perang itu menyebabkan Negara-negara dan para investor asing dengan menanamkan modal di negeri ini.
Akibat peperangan itu juga, Kampuchea menderita deficit perdagangan yang luas biasa besarnya. Nilai impornya lebih besar dibandingkan dengan nilai ekspornya.

Lalu lintas air di daerah pedalaman Kampuchea merupakan tambahan yang sangat penting bagi jalan raya negeri ini yang panjangnya mencapai 14.000 km lebih, namun baru sekitar 18% yang sudah diaspal. Jalan kereta api, dengan panjang sekitar 650 km, menghubungkan Phnom Penh dengan Poipet di daerah perbatasan Thailand dan dengan Kampong Saom. Bandar udara Pochentong (dekat Phnom Penh) dapat didarati pesawat jet. Perusahaan penerbangan nasionalnya melayani hubungan udara dengan Hongkong dan berbagai kota di Asia Tenggara.

No comments: