Monday, June 1, 2015

Geografi Regional Myanmar

DESKRIPSI UMUM

Fisiografi
Negeri Myanmar terbentuk dari dua unsur struktural yang pokok, yakni sederetan lipatan di sebelah Barat dan sebuah patahan blok massif di sebelah Timur. Kedua bagian ini berjajar dari Utara ke Selatan. Jajaran sebelah Baratmencakup barisan Letha, bukit Chin, dan Pegunungan Arakan YOma, yang diliputi hutan-hutan lebat, terpisah satu sama lain oleh lembah-lembah yang dalam dan panjang dan membentuk batas antara Myamnar, India, dan Bangladesh. Di bagian Barat menjulang Gunung Victoria (3.053).
Iklim
Seperti negara-negara lain di Asia Tenggara, Myanmar juga beriklim trpois. Ada tiga musim yang menonjol di sini, yakni musim hujan (Mei–Oktober) akibat angina musim Barat Daya yang hangat dan lembab, musim kemarau yang sejuk akibat angina musim Barat Laut (November–pertengahan Februari), dan musim kemarau yang panas. Di kebanyakan tempat, lebih dari 80% hujan tahunan terjadi selama musim hujan. Curah hujan di suatu tempat tersebut dari pantai, pada relief, dan pada keterbukaannya akan angina musim Barat Daya uang dating.
Dataran tinggi Mandalay dikenal sebagai Zona Kering, terletak di daerah bayangan hujan Pegunungan Arakan Yoma, jadi menerima hujan kurang dari 750 mm, sedang di Moulmeln (Maulamyaing) dan Tavoy di pantai Tenaserim curah hujan rata-rata 5.000 mm per tahun. Kebanyakan bagian pedalaman, termasuk Plato Shan, menerima hujan 1.300–1.900 mm per tahun.
Di Yangon suhu rata-rata 27° C, tetapi daerah sebelah Utara umumnya lebih dingin. Suhu maksimum terjadi pada bulan April, sedang bulan Desember dan Januari merupakan bulan-bulan terdingin. Di Zona Kering suhu udara kadang-kadang lebih dari 30° C.
Penduduk
Penduduk Myanmar terdiri dari beberapa kelompok etnik. Kelompok terbesar ialah orang Burma turunan Tibet–Burma, yang mewarisi peradaban bangsa-bangsa Pyus dan Mon yang menempati wilayah Irawadi. Dewasa ini orang Burma mencakup sekitar 69% penduduk Myamnar. Kelompok suku lain ialah Shan (8%), Karen (6%), Rakhin (5%), Mon (2%), China (2%), Kachin (1%), dan lain-lain (6%).
Kebanyakan orang Myanmar tinggal di desa dan terpusat di sekitar kuil-kuil Budha. Kota-kota terbesarnya ialah Yangon, Mandalay, dan Moulmein.
Penduduk Myanmar yang mengaut agama Budha tercatat sekitar 89%. Ajaran Budha ini sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Lebih dari 78% penduduk sudah dapat membaca dan menulis, tetapi hanya sekitar 66% yang dapat berbicara dalam bahasa Burma resmi. Selain bahasa Burma juga dipakai bahasa Inggris dipakai sebagai bahasa kedua, walaupun bahasa Burma tetap digunakan sebagai bahasa pengantar.
 Pemerintahan
Pada tahun 1962 kudeta militer mengakhiri demokrasi parlementer di Myanmar dan selanjutnya pemerintah dipegang sebuah Dewan Revolusioner di bawah pimpinan Ne Win. Tahun 1972 diumumkan sebuah rencana undang-undang yang memungkinkan pemerintahan sipil dan beralih ke sistem sosialis. Partai yang berkuasa, Burma Socialist Program Party (BSSP), diketuai Ne Win. Tahun 1976 terjadi percobaan kudeta tetapi gagal. Pada tahun 1988, pemerintahan jatuh ke tangan Dewan militer melalui sebuah kudeta. Hasil pemilu multipartai 1990, yang dimenangkan oleh oposisi, tidak diakui oleh pemerintah militer.
Ekonomi
Pertanian, aktivitas ekonomi terpenting di Myanmar, memberikan lebih dari sepertiga GNP-nya. Kira-kira 15% dari seluruh lahan ditanami dan kira-kira 65% penduduk tergantung pada usaha pertanian.
Cara-cara bertani di Myanmar tergantung pada keadaan setempat. Pertanian dengan sistem tebang baker masih banyak dilakukan oleh penduduk di daerah pegunungan atau dataran tinggi, system tadah hujan banyak dilakukan di daerah-daerah kering, sementara sistem tanam sawah tergantung pada turunnya hujan. Para petani di bagian-bagian delta yang tinggi biasanya mengairi sawah mereka, tetapui yang di bagian lain tergantung pada luapan air yang muncul secara teratur setiap tahun. Di daerah tropis Tenasserim tanaman ekspor seperti karet diusahakan di tanah-tanah perkebunan.
Tanaman pangan yang utama di Myanmar ialah padi. Lebih dari 50% lahan pertanian terdapat di daerah-daerah delta. Sebelum Perang Dunia II Myanmar menkspor 3 juta ton beras setiap tahun. Beras tetap merupakan komoditas utama walaupun belakangan ini jumlahnya berkurang. Tanaman lain, the (di Plato Shan), tembakau (di bagian Utara), tebu (di lembah Sungai Sittang), dan bermacam-macam sayuran (di daerah pantai Arakan). Tanah di Zona Kering banyak diolah untuk tanaman gandum, jagung, kapas, wijen, dan lain-lain.
Untuk meningkatkan produksi beras pemerintah berusaha membantu petani dengan berbagai cara seperti mengadakan land reform, menaikkan harga beras (semua beras harus dijual kepada pemerintah), dan memperkenalkan varietas padi unggul. Penipisan hara akibat system monokultur ditanggulangi dengan pemberian pupuk kimia. Sementara itu, mekanisasi telah mengalami kemajuan, walaupun lebih banyak pemakai ternak dibandingkan dengan pemakai traktor.
Lebih dari 49% daratan Myanmar tertutup oleh hutan, tetapi banyak di antaranya yang belum diolah karena transportasi belu memadai. Jenis kayu yang paliung penting di sisin ialah jati dan kayu besi (pyinkado), kayu gelondongan diangkut ke tepi sungai dengan menggunakan gajah terlatih dan selanjutnya dihanyutkan ke pabrik penggergajian. Tiap tahun hutan Myanmar menghasilkan kayyu jati lebih dari 300.000 ton dan kayu keras kira-kira 1 juta ton dengan 30.000 tenaga kerja.
Ikan termasuk bahan makanan penting bagi orang Myanmar. Ikan diperoleh terutama dari kolam-kolam ikan yang ada di sekitar Yangon. Di Mauhin dan Hanthawaddy sudah ada pusat penelitian ikan sedangkan di Mergul dush didirkan sekolah perikanan.
Walaupun Myanmar kaya akan mineral, kekayaan itu baru sedikit yang dioalh. Ladang minyak di Chauk dan Yenagyaung dulu menjadi korban Perang Dunia II, tetapi kini sudah dibangun kembali. Di Syriam terdapat sebuah pabrik penyulingan minyak bumi. Di Chauk terdapat endapan gas alam.
Timah dan fungsten ditambang di Tenasserim, sedang antimony digali di Plato Shan. Selain itu masih ada jenis mineral lain, seperti seng, merkuri, dan batu bara.
Industri terutama terdiri dari industri pengolahan hasil pertanian, hasil hutan, dan mineral. Sejak Myanmar merdeka, pemerintah mengusahakan pabrik pengolahan barang-barang kebutuhan dalam negeri yang sebelumnya diimpor. Pabrik pupuk, misalnya, telah dibangun di Sale di Kynchaung. Hampir semua usaha perindustrian dikendalikan oleh pemerintah, sedang perusahaan swasta dan perusahaan asing sudah tidak ada.
Angkutan sungai masih banyak dipakai di Myanmar. Sungai Irawadi dapat dilayari sampai ke Myitkyina, Sungai Chindwin sampai sejauh 650 km. Sungai Sittang dan Sungai Irawadi dihubungkan oleh terusan sepanjang 100 km. Selain angkutan sungai, jalan darat juga terus dikembangkan walaupun sebagian besar belum diaspal. Jaringan jalan kereta api terutama menghubungkan Yangon dengan Pye (Prome), Mandalay, dan Myitkina. Pelabuhan Yangon mempunyai peranan besar dalam perdagangan luar negeri. Kota pelabuhan lain, Moulmein, baru dalam tahap pengembangan. Yangon juga berfungsi penting sebagai pelabuhan udara internasional di samping sebagai jalur penghubung dengan kota-kota penting di Myanmar.

Beras, kayu, barang-barang logam diekspor antara lain ke Singapura, Indonesia, dan Belanda. Barang-barang impor penting, antara lain mesin-mesin, alat-alat angkutan, barang-barang logam, kertas, pupuk, dan obat-obatan, dibeli dari beberapa Negara, terutama dari Jepang, Jerman, Singapura, Inggris, dan Amerika Serikat.        

No comments: