DESKRIPSI UMUM
Fisiografi
Negeri
Myanmar terbentuk dari dua unsur struktural yang pokok, yakni sederetan lipatan
di sebelah Barat dan sebuah patahan blok massif di sebelah Timur. Kedua bagian
ini berjajar dari Utara ke Selatan. Jajaran sebelah Baratmencakup barisan
Letha, bukit Chin, dan Pegunungan Arakan YOma, yang diliputi hutan-hutan lebat,
terpisah satu sama lain oleh lembah-lembah yang dalam dan panjang dan membentuk
batas antara Myamnar, India, dan Bangladesh. Di bagian Barat menjulang Gunung
Victoria (3.053).
Iklim
Seperti
negara-negara lain di Asia Tenggara, Myanmar juga beriklim trpois. Ada tiga
musim yang menonjol di sini, yakni musim hujan (Mei–Oktober) akibat angina
musim Barat Daya yang hangat dan lembab, musim kemarau yang sejuk akibat angina
musim Barat Laut (November–pertengahan Februari), dan musim kemarau yang panas.
Di kebanyakan tempat, lebih dari 80% hujan tahunan terjadi selama musim hujan.
Curah hujan di suatu tempat tersebut dari pantai, pada relief, dan pada
keterbukaannya akan angina musim Barat Daya uang dating.
Dataran tinggi Mandalay dikenal sebagai Zona Kering, terletak
di daerah bayangan hujan Pegunungan Arakan Yoma, jadi menerima hujan kurang
dari 750 mm, sedang di Moulmeln (Maulamyaing) dan Tavoy di pantai Tenaserim
curah hujan rata-rata 5.000 mm per tahun. Kebanyakan bagian pedalaman, termasuk
Plato Shan, menerima hujan 1.300–1.900 mm per tahun.
Di Yangon suhu rata-rata 27° C, tetapi daerah sebelah Utara
umumnya lebih dingin. Suhu maksimum terjadi pada bulan April, sedang bulan
Desember dan Januari merupakan bulan-bulan terdingin. Di Zona Kering suhu udara
kadang-kadang lebih dari 30° C.
Penduduk
Penduduk
Myanmar terdiri dari beberapa kelompok etnik. Kelompok terbesar ialah orang
Burma turunan Tibet–Burma, yang mewarisi peradaban bangsa-bangsa Pyus dan Mon
yang menempati wilayah Irawadi. Dewasa ini orang Burma mencakup sekitar 69%
penduduk Myamnar. Kelompok suku lain ialah Shan (8%), Karen (6%), Rakhin (5%),
Mon (2%), China (2%), Kachin (1%), dan lain-lain (6%).
Kebanyakan orang Myanmar tinggal di desa dan terpusat di
sekitar kuil-kuil Budha. Kota-kota terbesarnya ialah Yangon, Mandalay, dan
Moulmein.
Penduduk Myanmar yang mengaut agama Budha tercatat sekitar
89%. Ajaran Budha ini sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari.
Lebih dari 78% penduduk sudah dapat membaca dan menulis,
tetapi hanya sekitar 66% yang dapat berbicara dalam bahasa Burma resmi. Selain bahasa
Burma juga dipakai bahasa Inggris dipakai sebagai bahasa kedua, walaupun bahasa
Burma tetap digunakan sebagai bahasa pengantar.
Pemerintahan
Pada
tahun 1962 kudeta militer mengakhiri demokrasi parlementer di Myanmar dan
selanjutnya pemerintah dipegang sebuah Dewan Revolusioner di bawah pimpinan Ne
Win. Tahun 1972 diumumkan sebuah rencana undang-undang yang memungkinkan
pemerintahan sipil dan beralih ke sistem sosialis. Partai yang berkuasa, Burma
Socialist Program Party (BSSP), diketuai Ne Win. Tahun 1976 terjadi percobaan
kudeta tetapi gagal. Pada tahun 1988, pemerintahan jatuh ke tangan Dewan
militer melalui sebuah kudeta. Hasil pemilu multipartai 1990, yang dimenangkan
oleh oposisi, tidak diakui oleh pemerintah militer.
Ekonomi
Pertanian,
aktivitas ekonomi terpenting di Myanmar, memberikan lebih dari sepertiga
GNP-nya. Kira-kira 15% dari seluruh lahan ditanami dan kira-kira 65% penduduk
tergantung pada usaha pertanian.
Cara-cara bertani di Myanmar tergantung pada keadaan
setempat. Pertanian dengan sistem tebang baker masih banyak dilakukan oleh
penduduk di daerah pegunungan atau dataran tinggi, system tadah hujan banyak
dilakukan di daerah-daerah kering, sementara sistem tanam sawah tergantung pada
turunnya hujan. Para petani di bagian-bagian delta yang tinggi biasanya
mengairi sawah mereka, tetapui yang di bagian lain tergantung pada luapan air
yang muncul secara teratur setiap tahun. Di daerah tropis Tenasserim tanaman
ekspor seperti karet diusahakan di tanah-tanah perkebunan.
Tanaman pangan yang utama di Myanmar ialah padi. Lebih dari
50% lahan pertanian terdapat di daerah-daerah delta. Sebelum Perang Dunia II
Myanmar menkspor 3 juta ton beras setiap tahun. Beras tetap merupakan komoditas
utama walaupun belakangan ini jumlahnya berkurang. Tanaman lain, the (di Plato
Shan), tembakau (di bagian Utara), tebu (di lembah Sungai Sittang), dan
bermacam-macam sayuran (di daerah pantai Arakan). Tanah di Zona Kering banyak
diolah untuk tanaman gandum, jagung, kapas, wijen, dan lain-lain.
Untuk meningkatkan produksi beras pemerintah berusaha
membantu petani dengan berbagai cara seperti mengadakan land reform, menaikkan harga beras (semua beras harus dijual kepada
pemerintah), dan memperkenalkan varietas padi unggul. Penipisan hara akibat
system monokultur ditanggulangi dengan pemberian pupuk kimia. Sementara itu,
mekanisasi telah mengalami kemajuan, walaupun lebih banyak pemakai ternak
dibandingkan dengan pemakai traktor.
Lebih dari 49% daratan Myanmar tertutup oleh hutan, tetapi
banyak di antaranya yang belum diolah karena transportasi belu memadai. Jenis
kayu yang paliung penting di sisin ialah jati dan kayu besi (pyinkado), kayu
gelondongan diangkut ke tepi sungai dengan menggunakan gajah terlatih dan
selanjutnya dihanyutkan ke pabrik penggergajian. Tiap tahun hutan Myanmar
menghasilkan kayyu jati lebih dari 300.000 ton dan kayu keras kira-kira 1 juta
ton dengan 30.000 tenaga kerja.
Ikan termasuk bahan makanan penting bagi orang Myanmar. Ikan
diperoleh terutama dari kolam-kolam ikan yang ada di sekitar Yangon. Di Mauhin
dan Hanthawaddy sudah ada pusat penelitian ikan sedangkan di Mergul dush
didirkan sekolah perikanan.
Walaupun Myanmar kaya akan mineral, kekayaan itu baru sedikit
yang dioalh. Ladang minyak di Chauk dan Yenagyaung dulu menjadi korban Perang
Dunia II, tetapi kini sudah dibangun kembali. Di Syriam terdapat sebuah pabrik
penyulingan minyak bumi. Di Chauk terdapat endapan gas alam.
Timah dan fungsten ditambang di Tenasserim, sedang antimony
digali di Plato Shan. Selain itu masih ada jenis mineral lain, seperti seng,
merkuri, dan batu bara.
Industri terutama terdiri dari industri pengolahan hasil
pertanian, hasil hutan, dan mineral. Sejak Myanmar merdeka, pemerintah
mengusahakan pabrik pengolahan barang-barang kebutuhan dalam negeri yang
sebelumnya diimpor. Pabrik pupuk, misalnya, telah dibangun di Sale di
Kynchaung. Hampir semua usaha perindustrian dikendalikan oleh pemerintah,
sedang perusahaan swasta dan perusahaan asing sudah tidak ada.
Angkutan sungai masih banyak dipakai di Myanmar. Sungai
Irawadi dapat dilayari sampai ke Myitkyina, Sungai Chindwin sampai sejauh 650
km. Sungai Sittang dan Sungai Irawadi dihubungkan oleh terusan sepanjang 100
km. Selain angkutan sungai, jalan darat juga terus dikembangkan walaupun
sebagian besar belum diaspal. Jaringan jalan kereta api terutama menghubungkan
Yangon dengan Pye (Prome), Mandalay, dan Myitkina. Pelabuhan Yangon mempunyai
peranan besar dalam perdagangan luar negeri. Kota pelabuhan lain, Moulmein,
baru dalam tahap pengembangan. Yangon juga berfungsi penting sebagai pelabuhan
udara internasional di samping sebagai jalur penghubung dengan kota-kota
penting di Myanmar.
Beras, kayu, barang-barang logam diekspor antara lain ke
Singapura, Indonesia, dan Belanda. Barang-barang impor penting, antara lain
mesin-mesin, alat-alat angkutan, barang-barang logam, kertas, pupuk, dan
obat-obatan, dibeli dari beberapa Negara, terutama dari Jepang, Jerman,
Singapura, Inggris, dan Amerika Serikat.
No comments:
Post a Comment