Friday, May 29, 2015

Indonesia, Tanah Air Beta "GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA"

DEKSRIPSI UMUM
Fisografi
Indonesia merupakan kepulauan terbesar di dunia, terpisah oleh 3.200 mil (5.120 km2) dari Timur ke Barat, membentang khatulistiwa antara Benua Australia dan Benua Asia berada di wilayah Asia Tenggara yang terletak di antara 6°8’ Lintang Utara sampai 11°5’ Lintang Selatan dan antara 94°45’ sampai 141°5’ Bujur Timur, dan terdiri dari 13.667 pulau besar dan kecil. Nama Indonesia berasal dari 2 (dua) kata Yunani, yaitu “Indo” yang artinya India dan “Nesia” yang artinya Pulau. Pulau-pulau yang besar, yaitu Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, dan Pulau Irian. Di antara ribuan pulau tersebut, hanya 957 pulau yang telah dihuni.
Negara Republik Indonesia berbatasan dengan Singapura, Malaysia, Filipina, Laut Cina Selatan dan Samudra Pasifik (di sebelah Utara) Samudra Hindia (di sebelah Barat) Australia, Samudra Hindia (di sebelah Selatan) Papua Nugini (di sebelah Timur).
Luas wilayah daratan Republik Indonesia ialah 1,9 juta km2, sedangkan luas lautan +7,9 juta km2 (termasuk daerah Zone Economic Exlusive). Sebagai Negara kepulauan yang terletak di antara dua benua dan dua samudra, maka wilayah Indonesia dapat dikatakan merupakan kelanjutan dari Benua Asia dan Australia dengan celah yang menghubungkan Samudra Hindia dan Samudra Pasifik pada cekungan tengahnya.
Iklim
Indonesia beriklim laut tropis karena letaknya di daerah tropis dan diapit oleh dua Samudra, yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia memiliki dua musim, yaitu musim hujan (Oktober–April), dan musim kemarau (Mei–September). Namun, karena wilayahnya yang luas, keadaan geografisnya yang berbeda-beda serta daerahnya yang dibelah oleh garis khatulistiwa, maka sering terjadi perbedaan atau penyimpangan musim. Suhu dan kelembaban udara suhu udara berkisar antara 20°C sampai 30°C.
Pada umumnya curah hujan di Indonesia bagian Timur lebih sedikit daripada di Indonesia bagian Barat. Namun demikian ada daerah di Indonesia bagian Timur yang mendapat curah hujan yang cukup banyak, yaitu Maluku dan Irian Jaya kecuali di beberapa tempat tertentu, curah hujan di Indonesia rata-rata 2.000–3.000 milimeter setahun.
Pergantian masa antara 2 (dua) musim ini memilih antara hari yang indah dengan matahari penuh dan kadang-kadang hujan angina disertai petir dan guruh. Temperatur rata-rata musim hujan berkisar dari 21 derajat Celsius (70 derajat Fahrenheit) sampai 33 derajat Celsius (90 derajat Fahrenheit), kecuali jika temperatur tinggi suhu udara akan berubah menjadi sangat dingin.
Pada musim kemarau angina timur cukup kencang bertiup dari Benua Australia. Kecepatan angin hampir di seluruh propinsi di Indonesia yang dipantau pada tahun 1993 umumnya merata setiap bulannya, yaitu pada kisaran 0 hingga 30 knot, kecuali di propinsi Bengkulu dan Sulawesi Utara. Angin kencang yang biasa terjadi di laut mempunyai kecepatan antara 30–60 knot. Pada masa peralihan (April–Mei dan Oktober–Nopember) arah angin tidak beraturan.
Hampir semua wilayah Indonesia sebenarnya merupakan kelanjutan dari dua jalur pegunungan muda di dunia, yaitu jalur Sirkum Pasifik dan jalur Sirkum Mediteran. Jalur Sirkum Pasifik merupakan rangkaian pegunungan di sekeliling Samudra Pasifik, mulai dari pegunungan Andes di Amerika Selatan, Rocky Mountains, Alaska, Aleut, Kamsyatka, Kepulauan Kuril, Jepang, Filipina, terus melewati bagian Utara Irian sampai ke Selandia Baru. Sirkum Mediteran adalah rangkaian pegunungan yang terbesar dari Afrika Utara ke Eropa Selatan melalui Asia Kecil, terus ke Himalaya, Myanmar, dan Indonesia.
Dataran rendah yang luas terbentang di Sumatra, Kalimantan, dan Irian Jaya. Di Sumatra, dataran rendah terdapat di sebelah Timur pegunungan Bukit Barisan yang dialiri oleh sungai-sungai besar dan panjang serta dapat dilayari sampai jauh ke pedalaman. Di Kalimantan, dataran rendah yang sangat luas terpotong-potong oleh pegunungan-pegunungan Kapuas Hulu, Kapuas Hilir, Iban, Muller-Schwaner, dan Meratus. Di Irian Jaya, dataran rendah yang sangat luas terdapat di sebelah Selatan pegunungan Jayawijaya, yang juga dialiri beberapa sungai yang besar dan panjang, dan dapat dilayari sampai jauh ke pedalaman.
Di Indonesia terdapat 38 gunung api aktif yang pernah meletus dalam 400 tahun terakhir (tipe A) dan terdapat 6 gunung api yang sedang memperlihatkan keaktifannya serta diduga berpotensi untuk meletus (tipe B). Secara umum, bentangan alam Indonesia dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu dataran Barat, Tengah, dan Timur.
Dataran Barat memiliki perairan laut yang dangkal, yang meliputi Selat Malaka bagian Selatan, Laut Cina Selatan bagian ujung Selatan, Selat Karimata, Selat Galasa, Selat Bangka, Selat Sunda, dan Laut Jawa. Dataran Timur juga mempunyai perairan dangkal yang meliputi Laut Arafuru dan perairan di lepas pantai Irian Jaya lainnya. Cekungan tengah memiliki perairan laut yang lebih dalam, yaitu 4.000 meter.
Palung atau cekungan yang memiliki kedalaman lebih dari 6.000 meter adalah Palung Halmahera, Palung Banda, dan Palung Sulawesi. Sungai sangat penting bagi masyarakat di Sumatra, Kalimantan, dan Irian Jaya sebagai sarana transportasi, karena jalan darat belum terlalu banyak dan walaupun ada kadang-kadang di musim hujan permukaannya sangat buruk sehingga kurang dapat dimanfaatkan. Sungai yang terpanjang adalah Sungai Kapuas (1.369 km) di Propinsi Kalimantan Barat. Di Sumatra, sungai terpanjang adalah Sungai Musi (750 km).
Ekonomi
Negara kita kaya dengan penghasilan yang berasal dari alam. 90% dari jumlah penduduk yang menggunakan pertanian, minyak dan gas menghasilkan 70% dari keseluruhan pendapatan ekspor barang perdagangan tradisional yang memiliki peranan penting untuk merubah tahun-tahun belakangan ini dalam struktur ekonomi.
Minyak bumi dan gas alam merupakan hasil tambang utama Indonesia selain timah, batubara, bauksit, bijih nikel, emas, perak, pasir besi, aspal, bijih mangan, dan bijih besi. Produksi minyak bumi Indonesia berasal dari ladang baik di darat maupun lepas pantai.
Penduduk
Indonesia termasuk Negara yang berpenduduk cukup besar. Dibanding dengan negara-negara yang sedang berkembang lainnya, Indonesia menempati urutan ketiga dalam jumlah penduduk setelah Cina dan India. Dari data sensus penduduk 2.000, jumlah penduduk Indonesia mencapai 203,4 juta jiwa.
Indonesia merupakan seperlima populasi terbesar di dunia dengan penduduk yang berasal dari Melayu dan Polinesia, terdiri dari 300 suku dan cabangnya yang memiliki tradisi masing-masing. Para pendatang yang berasal dari India bagian Benua Cina, semenanjung Arab dan Persia, sasaran mereka adalah kebudayaan dan agama diikuti dengan mempengaruhi bahasa Portugis, Spanyol, Inggris, dan Bahasa Belanda juga perdagangan dan penyerangan.
Mayoritas penduduk Indonesia (85%) menganut agama Islam. Kemerdekaan beragama dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Indonesia, yang menjadi prinsip utama filosofi Negara yaitu “Pancasila”.
Persebaran penduduk Indonesia belum merata. Sebagian besar penduduk masih berkumpul di Pulau Jawa. Dari sensus penduduk 1990 diketahui bahwa 60% penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa yang luasnya hanya sekitar 7% dari seluruh wilayah daratan Indonesia. Sedangkan Kalimantan yang memiliki luas 28% luas total hanya berpenghuni sekitar 5% penduduk.
Ketimpangan ini menuebabkan ketimpangan dalam kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk di Pulau Jawa mencapai 814 orang perkilometer, sedangkan di Maluku dan Irian Jaya hanya tujuh orang. Pada tahun 1990, secara keseluruhan penduduk wanita sedikit lebih banyak dari penduduk laki-laki, meskipun hal itu tidak terjadi di semua propinsi, jumlah penduduk di propinsi-propinsi di sebagian besar Sumatra, Kalimantan, Maluku, dan Irian Jaya jumlah penduduk laki-laki masih lebih besar dibanding dengan jumlah penduduk wanitanya.
Kebudayaan
Indonesia dianugrahi kekayaan dengan berbagai macam bentuk kebudayaan dan kesenian tradisional yang bercampur. Prinsip dasar yang membimbing jalan kehidupan yang diwarnai dengan konsep kerja sama atau “gotong royong” dan pertemuan dan perkumpulan bersama atau musyawarah untuk mencapai kesepakatan atau “mufakat”. Diambil dari tradisi kehidupan petani di pedalaman, cara ini masih banyak digunakan dikehidupan masyarakat sekalipun di kota. Kehidupan sosial, seperti upacara di padang rumput yang luas, yang ditetapkan sebagai tradisi dan adapt istiadat kuno atau hokum “adat”, yang berbeda daerah satu dengan daerah lainnya.
Hukum “adat” memiliki pengaruh yang kuat dalam kehidupan Indonesia dan sebagai penolong dalam memelihara persamaan hak untuk kaum wanita. Agama berpengaruh merubah kehidupan masyarakat dari pulau ke pulau dan dari perkampungan ke perkampungan, sesuai dengan sejarah lokal.     
Bentuk kesenian di Indonesia tidak hanya didapat dari cerita rakyat, seperti kebanyakan negara lainnya. Banyak yang dikembangkan di istana-istana bekas kerajaan, seperti Bali, di mana mereka harus melengkapi dasar-dasar dari upacara keagamaan. Drama tari terkenal dari Jawa dan Bali ditemukan dari mitos Hindu dan Fragmen Istimewa Ramayana dan Mahabharata dari syair Hindu.
Sekitar 583 bahasa yang dibicarakan oleh beberapa kelompok suku yang berbeda di nusantara. Di antaranya ada 5 (lima) kelompok bahasa, yaitu bahasa Sumatra sendiri, 6 (enam) bahasa Sulawesi dan 3 (tiga) bahasa Jawa. Satu pulau kecil, pulau Alor di Nusa Tenggara memiliki 7 (tujuh) kelompok bahasa yang berbeda. Orang-orang Bali memakai bahasa mereka sendiri, dan beberapa bahasa local yang ditemukan lebih lanjut sebagai bentuk bahasa yang istimewa untuk menandai seseorang yang berstatus bawahan, atasa, ataupun yang berderajat sama. Sekalipun banyak jenis bahasa yang sama, tetapi cara pengucapan atau logatnya berbeda di setiap daerah.

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional resmi, sama dengan bangsa Melayu, yang ditulis dengan naskah Romawi dan berdasarkan ortograpi Eropa. Bahasa Inggris adalah bahasa asing yang digunakan secara luas untuk bisnis dan perjalanan. Ke manapun kamu pergi akan selalu disambut dengan salam kekeluargaan seperti “Hello Mr. I”, (salam sesuai dengan jenis kelamin), sama halnya jika kamu bepergian berangkat dari jalan yang kamu tempuh kamu akan mendapatkan keadaan yang biasa di mana kamu akan menjumpai orang-orang Indonesia yang berbicara dengan bahasa Inggris yang sopan. Di beberapa kota besar dan merupakan tujuan para turis bahasa Belanda tetap masih digunakan, bahasa Belanda sangat berpengaruh bagi bahasa Indonesia. Bahasa Prancis juga mulai terkenal di berbagai hotel-hotel dan restoran-restoran besar.

GEOGRAFI REGIONAL ASIA TENGGARA

Kamu mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah ASEAN atau mungkin istilah Asia Tenggara. Di manakah Asia Tenggara tersebut berada? Bagaimanakah kondisi penduduknya? Bagaimanakah kondisi wilayahnya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin terlintas di benak kamu.
Negara kita merupakan salah satu negara yang berada dalam jajaran Negara-negara yang mengisi Asia Tenggara selain Negara kita sendiri. Negara manakah lagi yang berada di wilayah Asia Tenggara? Untuk mengetahuinya mari kita kenali satu persatu setiap negaranya.
Asia Tenggara merupakan salah satu tempat peleburan besar di dunia. Penduduknya yang beraneka ragam berpindah ke wilayah ini untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan keamanan yang lebih terjamin. Perpindahan penduduk yang besar ini dimulai sekitar 4.000 tahun yang lalu. Kini Asia Tenggara meliputi berbagai Negara merdeka seperti Malaysia, Singapura, Vietnam, Laos, Kamboja, Thailand, dan Myanmar. Negara termuda adalah Brunei Darussalam yang memperoleh kemerdekaan penuhnya pada tahun 1984.
Penduduk asli Asia Tenggara adalah orang berkulit gelap dan berbadan amat kecil, beberapa di antara keturunannya kini masih tinggal di daerah tinggi di Filipina, Indonesia, dan Malaysia.
Negara-negara di Asia Tenggara secara bersama-sama mencakup wilayah seluas sekitar 4.500.000 km2. Bila laut di dalam wilayah ini dihitung, luas Asia Tenggara meliputi separuh bola bumi atau sebesar Eropa dari Irlandia hingga Turki. Negara terbesar adalah Indonesia dan negara terkecil adalah Singapura.
Cina merupakan tetangga Asia Tenggara di sisi Utara. Di sisi Timur, Barat, dan Selatan, Asia Tenggara diapit oleh laut terutama Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Myanmar, wilayah Asia Tenggara yang paling Barat berbatasan dengan India dan Bangladesh. Oleh karena itu, Asia Tenggara terletak dalam posisi yang sangat strategis, yaitu di sebelah Timur India dan di sebelah Selatan Cina. Kedua negara ini merupakan negara yang penduduknya padat. Keduanya juga merupakan negara yang memiliki berbagai masalah ekonomi yang serius, suatu masalah yang sebagian mungkin dapat dipecahkan dengan dapat memasuki wilayah sumber alam di berbagai negara Asia Tenggara.
Secara fisik, Asia Tenggara merupakan wilayah yang banyak dibagi-bagi. Barisan pegunungannya, dengan arah Utara-Selatan, dalam sejarah telah memisahkan beberapa penduduknya seperti orang Myanmar, Tahi, dan Vietnam. Filipina dan Indonesia juga dibagi-bagi mennjadi ribuan pulau tetapi kontak hubungan justru lebih mudah antar penduduk pulau ketimbang antar penduduk pantai dan penduduk pedalaman.
Pada umumnya iklim di Asia Tenggara adalah hangat dan seringkali basah. Musim di sebagian besar negara berganti-ganti antara musim kemarau dan musim penghujan. Akan tetapi, di Indonesia terdapat banyak curah hujan sepanjang tahunnya. Myanmar dan Filipina khususnya, memiliki banyak angina pasat yang merusak, badai hujan yang ganas dengan angin topan, banjir besar, dan korban jiwa. Suhu udara jarang turun hingga di bawah 20°C di sebagian besar negara Asia Tenggara kecuali di daerah yang tinggi sedangkan musim kemaraunya sering menjadikan suhu naik sampai 32°C.
Hampir semua penduduk Asia Tenggara berdarah Mongol, sebagian besar di antara mereka berkulit coklat, bukan kuning. Minoritas asing besar di Asia Tenggara adalah Cina dan India. Orang Eropa hanya berjumlah sedikit.
Di seluruh kawasan Asia Tenggara, sebagian besar orang khususnya para petani pedesaan juga percaya terhadap arwah tanpa memandang agama resmi mereka. Agama Budha di daratan negara-negara Asia Tenggara juga percaya akan adanya reinkarnasi, proses kelahiran terus menerus.

Orang-orang di Asia Tenggara masih tinggal di rumah-rumah yang dibangun di atas jangkauan. Hal ini khususnya berlaku di wilayah-wilayah yang sering dilanda banjir akibat hujan lebat. Membangun rumah seperti ini juga melindungi diri dari binatang buas dan pencuri.

ETIKA LINGKUNGAN

PENGANTAR
Isu lingkungan hidup, telah menjadi pengetahuan yang sangat meluas, tidak hanya dirasakan oleh orang-orang yang berpendidikkan, melainkan juga oleh mereka yang dikatakan awam. Namun demikian, kesadaran terhadap Pemeliharaan,  pengelolaan, dan pelestariannya masih sangat terbatas. Upaya menarik perhatian masyarakat umum terhadap lingkungan, khususnya terhadap masalahnya, baru bersifat Seremonial dalam upacara-upacara yang menghamburkan biaya, dan slogan-slogan yang "Tidak" bermakna.
Kebijakan publik yang berupa peraturan-peraturan sampai pada undang-undang tentang lingkungan hidup, sudah ada, tetapi pelaksanaannya di lapangan, masih Jauh dari ketentuan yang seharusnya. Oleh karena itu, perusakan lingkungan dengan segala akibatnya, termasuk "isu pemanasan global" akan terus berlangsung. Upacara penanaman berjuta pohon di berbagai tempat dilakukan, namun pembalakan liar, terus berlangsung. Pertumbuhan berjuta pohon untuk menjadi kawasan yang hijau, akan memakan waktu bertahun-tahun, itu pun jika dipelihara dan dikelola. Sementara itu pembabatan liar yang menghabiskan hutan "kalau masih ada", hanya dengan hitungan menit sampai hari.
Untuk mengatasi masalah lingkungan yang sangat memprihatinkan saat ini dalam berbagai bentuk dan dampaknya, harus ada upaya tegas yang nyata dari segala pihak, termasuk orang tua, tokoh masyarakat, guru, terutama para pemegang kebijakan. Tidak justru pemegang kebijakan itu terlibat dalam perusakan lingkungan tersebut.

MANUSIA DAN LINCKUNGAN HIDUP
Sejak lahir, manusia tidak terlepas dari lingkungan, bahkan kelahirannya itu ada di tengah-tengah lingkungan. Ibu yang melahirkan (lingkungan sosial), udara yang dihirup dan air yang diminum (lingkungan alam), pakaian serta peralatan yang digunakan pada waktu persalinan (lingkungan budaya), merupakan sumberdaya lingkungan bagi si bayi yang lahir tadi. Disadari ataupun tidak, sejak lahir sampai akhir hayat, manusia ada di tengah-tengah lingkungan sebagai sumberdaya yang menjamin hidupnya. Dengan demikian, sesungguhnya manusia memiliki kewajiban mengelola dan menjaga kelestarian serta kesinambungan lingkungan sebagai sumberdaya, tidak hanya bertindak sebagai konsumen yang jauh dari tanggungiawab.
Manusia sebagai penduduk permukaan bumi, usianya relatif masih muda bila dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain (tumbuh-tumbuhan, binatang) yang kehariranya paling tidak 1,5 miliar tahun yang lampau. Dalam jangka waktu yang relatif singkat, yaitu sekitar 350 sampai 350 tahun yang lampau, dimulai dari tahun 1650, saat terjadinya revolusi hijau sampai sekarang, pertumbuhan penduduk sangat cepat, dan penerapan serta pemanfaatan IPTEK juga makin meningkat. Namun di sisi lain, kemampuan sumberdaya lingkungan, justru makin menurun. Dewasa ini manusia penghuni permukaan bumi, khususnya di Indonesia, sedang mengalami multi krisis, yang meliputi krisis energi, krisis bahan pangan, krisis lapangan kerja, krisis akhlak, termasuk krisis lingkungan hidup. Kondisi negatif yang demikian itu, merupakan ancaman bagi kehidupan umat manusia yang salah satunya manusia penduduk Nusantara Indonesia. Tanpa antisipasi yang meyakinkan terhadap penanggulangan krisis-krisis tersebut, lambat ataupun cepat, menjadi ancaman bagi kehidupan penduduk Indonesia. Kenyataan yang sedang kita alami saat ini, menjadi masalah dan sekaligus juga menjadi tantangan bagi kita semua, terutama bagi dunia pendidikan di Indonesia. ”Mengapa demikian ?” Jawabannya yaitu, bahwa pendidikan, khususnya pendidikan lingkungan hidup (PLH) memiliki kedudukan yang strategis mengembangkan kesadaran dan keterampilan penduduk, khususnya peserta didik terhadap penanggulangan masalah lingkungan. Bahkan lebih jauh lagi dalam mencari upaya pemanfaatan lingkungan itu sebagai sumberdaya yang menjamin kehidupan, antara lain dengan pengembangan "teknologi daur ulang" dan "energi alternatif".

ETIKA LINGKUNGAN
Al Khalik Maha Kuasa, menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Sebagai makhluk hidup, manusia dilengkapi oleh akal-pikiran yang berkembang dan dapat dikembangkan. Selain dari pada itu, manusia dilengkapi oleh qalbu yang mampu mendalami hal-hal yang tidak terjangkau oleh daya rasional akal-pikiran.
Perpaduan antara akal-pikiran dengan qalbu atau hati nurani, mengembangkan budaya sebagai karakter otentik manusia. Dalam konteks masyarakat, budaya ini menjadi landasan nilai-moral yang merupakan kebaikan manusia sebagai manusia, yaitu makhluk yang beradab dan berbudaya. Dalam berhadapan dengan pihak lain, nilai-moral ini berkembang menjadi "Etika", berupa aturan-aturan nilai norma sebagai landasan kemunikasi-interaksi. Pihak lain di luar individu manusia, yaitu lingkungan. Dengan demikian, yang dikonsepkan sebagai "Etika lingkungan",  yaitu aturan-aturan norma nilai-moral manusia dalam berhadapan dengan lingkungan. Pada konteks ekologi ekosistem, penerapan etika lingkungan ini, tidak terlepas dari asas-asas ekologi yang meliputi keseimbangan, keserasian, kesinambungan, dan kelestarian. Oleh karena itu, komunikasi-interaksi manusia dengan lingkungan dalam bentuk eksplorasi, eksploitasi, produksi dan konsumsi sesuai dengan etika lingkungan, tidak dapat dilepaskan dari keberlakuan asas-asas ekologi. Apabila proses-mekanisme pemanfaatan lingkungan itu berlandaskan etika lingkungan, masalah lingkungan dalam berbagai bentuknya (erosi, banjr, kekeringan, tanah longsor, kelangkaan energi, polusi), dapat dihindarkan. Ketidakpedulian manusia terhadap penerapan etika lingkungan, merupakan sebab utama terjadinya masalah lingkungan yang mengglobal.

NILAI TRADISIONAL SEBAGAI ETIKA LINGKUNGAN
Nilai-nilai tradisional yang diwariskan secara turun-temurun dari leluhur, yang biasa dikonsepkan sebagai "kearifan lokal" (lokal genius), bila dikaji secara ilmiah, memiliki makna sebagai etika lingkungan. Kearifan lokal itu, antara lain "tabu atau pantangan" kepada tumbuhan-tumbuhan dan atau binatang-binatang tertentu, mengangkerkan suatu fenomena alam tertentu seperti hutan, sungai, danau dan binatang tertentu. Karena pewarisan nilai-nilai tadi oleh orang tua kepada anak-anaknya tidak melalui proses rasional-argumentatif yang masuk akal, oleh generasi sekarang sebagai suatu hal yang "takhayul". Akibatnya kearifan-kearifan lokal tadi diabaikan, bahkan dibobrak. Dampak lebih jauh terabaikannya nilai-nilai tradisional sebagai kearifan lokal, terjadi berbagai ketimpangan ekologis dalam bentuk erosi, tanah longsor, banjir, kekeringan, hama, termasuk berbagai jenis wabah yang mengancam kehidupan, terutama kehidupan manusia.
 Secara alamiah sesuai dengan hukum alam, dalam kehidupan ini terjadi berbagai siklus yang dikenal sebagai "Siklus biogeokimia-fisika", Dalam siklus tadi terlibat unsur-unsur kehidupan (tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia), fenomena geosfer (udara, air, batuan), proses kimiawi (analitik, sintetik, oksidasi, reduksi), dan fenomina fisikal (pemanasan, pendinginan, pembekuan, pengembunan, sublimasi, dinamika). Semua komponen dan fenomena yang ada dalam ekosistem, termasuk energi matahari, terlibat secara alamiah pada proses siklus biogeokimia fisika tadi. Oleh karena itu, apabila salah satu komponen atau fenomena dalam ekosistem itu terganggu atau bahkan secara sengaja diganggu (dikurangi, dimusnahkan), akan terjadi ketimpangan ekologi dalam berbagai bentuk yang mengganggu kehidupan, bahkan terjadi bencana yang mengancam tatanan kehidupan tadi. Di sinilah makna nilai-nilai tradisional dalam konsep kearifan lokal tadi. Oleh karena itu, melalui pendekatan dan kajian ilmiah, kearifan lokal tadi "Wajib" dianalisis untuk mengungkapkan mekanisme serta dampaknya bagi kehidupan, khususnya kelangsungan serta kesinambungan hidup umat manusia.
Demikianlah makna nilai-nilai tradisional yang dikonsepkan sebagai kearifan lokal, analisis ilmiah, dan kedudukannya bagi kesejahteraan hidup umat manusia.

PERANAN PENDIDIKAN MENGEMBANGKAN ETIKA LINGKUNGAN
Secara populer, pendidikan bermakna "proses pematangan dan pendewasaan peserta didik mengubah perilaku dan pola pikirnya". Oleh karena itu, pendidikan ini menjadi kewajiban semua pihak, secara informal merupakan kewajiban orang tua dalam keluarga, nonformal oleh para tokoh masyarakat, dan secara formal menjadi kewajiban guru dengan perangkat yang terkait.
Ditinjau dari sosial-budaya dan mental-spiritual, pendidikan itu terutama membina kemanusiaan dalam menanamkan serta mengembangkan nilai-moral yang selanjutnya juga kepada etika bertindak dan berperilaku. Dalam konteks etika lingkungan hidup, pendidikan tersebut dikonsepkan sebagai pendidikan lingkungan hidup (PLH). Pada prosesnya, konsep PLH itu mengalami perkembangan sebagai berikut :
Untuk pertama kali, PLH itu diperkenalkan pada konfrensi International of Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) di Zurich, tanggal 15 - 18 Desember 1971 (Unesco: 1972: 25) sebagai berikut:
Environmental education is the process of recognizing values and clarifying concepts in order to develop the skill and attitudes that are necessary to understand and appreciate the interrelation among man, his culture, and his biophysical surroundings. Environmental education, also entails practice in decision-making, and the self-formation of code of  behavior about the issues concerning environmental quality.
Sementara itu, rumusan PLH yang lebih aktual, tersurat pada ASEAN Environmental Education Action Plan 2001 - 2005 (ASEAN Secretariat: 2001: 1), berikut ini :
Enviromental education is the process of helping people through formal and nonformal/informal education to acquire understanding, skills, and values that will enable them to participate as active and informed citizens in the development of ecologically sustainable and socially just society.
Selanjutnya, rumusan PLH yang lebih terarah pada pemecahan masalah lingkungan, tersurat pada definisi yang disusun pada Intergovernmental Conference on Environmental Education di Tblis tahun 1977 (Ko Nomura, Latifah Hendarti, editor: 2005: 28) sebagai berikut :
Environmental education is the process of developing a world population that is aware of and concerned about the total environment and its associated problems, and which has the knowledge, skills, attitudes, motivation, and commitment to work individually and collectively towards solutions to current  problems and the prevention of new ones.
Dari rumusan-rumusan di atas, PLH dapat disimpulkan sebagai "Proses Penanama nilai, pembinaan sikap dan keterampilan, motivasi, serta kepedulian dalam bertindak, Baik secara individual maupun berkelompok untuk membuat keputusan menanggulangi Masalah-masalah lingkungan yang mengancam kehidupan hari ini dan di hari-hari yang akan datang". Selanjutnya, PLH ini juga diarahkan pada "Pembinaan dan pengembangan pemberdayaan Masyarakat sebagaii warga negara terhadap kedudukan dan fungsi lingkungan sebagai sumberdaya yang menjamin kehidupan umat manusia”.
Dalam rumusan dan konsep PLH, terdapat ungkapan mengenali dan menanamkan nilai-nilai serta membina-mengembangkan sikap. Oleh karena itu juga termasuk penanaman dan pembinaan etika lingkungan. Atau secara tersirat, etika lingkungan ini tercermin pada formulasi diri, kepedulian terhadap pemecahan masalah. Secara bertahap dan berkesinambungan, pembinaan etika lingkungan itu dimulai secara informal dalam keluarga, nonformal di masyarakat, dan secara formal di sekolah serta di lembaga-lembaga formal lainnya.
Penanaman dan pengembangan "kearifan lokal" yang erat hubungannya dengan etika lingkungan, disajikan dalam proses dan mekanisme pendidikan, mulai dalam keluarga, di masyarakat, di sekolah serta dimanapun suasana pendidikan, khususnya PLH dapat dilakukan. Penanaman dan pembinaan ini, tidak hanya terbatas kepada peserta didik usia sekolah, melainkan kepada siapa saja sebagai masyarakat umum yang menjadi komponen lingkungan. Dengan demikian, etika lingkungan ini melekat dalam diri tiap warga yang akan terpancar sebagai cerminan kesadaran, kepedulian, dan tanggungjawab terhadap pengelolaan lingkungan sebagai sumberdaya yang menjamin keberlanjutan kehidupan manusia dalam konteks ruang dan waktu.
Demikianlah lontaran singkat ini disampaikan, dengan harapan ada manfaatnya bagi kita semua yang memiliki kepedulian dan tanggungjawab terhadap kelestarian lingkungan sebagai sumberdaya penjamin kelangsungan hidup yang sejahtera umat manusia di Planet Bumi. Akhirnya saya sampaikan selamat berseminar, dan bermakna bagi kelangsungan hidup umat manusia secara sejahtera lahir-batin.
Amin.


PUSTAKA RUJUKAN
Ko Nomura, Latifah Hendarti (2005) Environmental Education and NGOs in Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Nursid Sumaatmadja (2002) Pendidikan Pemanusiaan Manusia Manusiawi, Bandung : Penerbit Alfabeta.
---------(2003) Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkunggn hidup, Bandung: Penerbit Alfabeta.

Unesco (1972) Nature and Resources, Vol. V111, No. 39 July-September 1972, Paris.

Makalah Potensi Daerah Karst Citatah - Padalarang

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan di dunia ini, kita  tidak  akan lepas dari  fenomena-fenomena  Geosfer yang terjadi  di permukaan bumi. Fenomana yang saya angkat kali ini adalah tentang potensi daerah karst di kawasan Citatah,Padalarang. Kawasan Karst ini keberadaannya sangat berpengaruh dimana Fenomena  Geosfer ini erat kaitannya dengan  kehidupan manusia maupun lingkungannya.Dalam suatu fenomena tersebut banyak sekali terdapat pengaruh dan manfaat bagi kelangsungan hidup di seluruh bumi ini ,Karst salah  satunya. Karst ini merupakan suatu Kawasan  yang kaya akan Sumber daya alam,tak khayal masyarakat pun mengekploitasinya untuk memenuhi kebutuhannya , batuan gamping contohnya,Batuan ini digunakan masyarakat untuk dijadikan bahan bangunan, kerajinan,Dll. Namun Pengekploitasian secara besar-besaran menimbulkan permasalahan dan mengakibatkan suatu dampak bagi kita baik positif maupun negatif.

1.2      Tujuan

Pembuatan Makalah  ini bertujuan agar setiap mahasiswa mampu meneliti serta mengamati  objek pengamatan tentang Kawasan karst , sehingga mahasiswa diharapkan menguasai secara utuh materi yang disampaikan   didalam perkuliahan dan menginformasikannya  kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian Kawasan karst yang merupakan suatu aset bagi generasi kita di masa yang akan datang.



BAB II
PEMBAHASAN
Pendahuluan
Karst adalah jenis batuan gamping yang telah mengalami proses pelarutan dengan batuan asam karbonat dan asam lainnya sebagai hasil dari proses pembusukan sisa-sisa tumbuhan di atasnya.Pembentukan Fisiografis secara umum berupa bukit-bukit dengan besar dan ketinggian yang beragam. Ciri khas bentang alam ini selain pembukitan, adanya dekokan/cekungan dengan berbagai ukuran. Pengasatan permukaan yang terganggu, serta gua dan sistem pengasatan bawah tanah.
Perlindungan kawasan karst dan gua-gua di bawahnya dalam UU No. 24 th 1992 bahwa yang termasuk kawasan lindung diantaranya kawasan resapan air dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan (pasal 7) yang merupakan kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya (pasal 3).
Bentuk - bentuk alam yang terjadi di daerah karst diantaranya:
1.     
Dolina adalah lubang lubang yang berbanuk corong. Dolina dapat terjadi karena erosi (pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua bagian pegunungan kapur di Jawa bagian selatan, yaitu di pegunungan seribu.
  1. Gua dan sungai di dalam Tanah Di dalam tanah kapur mula-mula terdapat celah atau retakan. Retakan akan semakin besar dan membentuk gua-gua atau lubang-lubang, karena pengaruh larutan.Jika lubang-lubang itu berhubungan, akan terbentuklah sungai-sungai di dalam tanah.
3.      Stalaktit adalah kerucut kerucut kapur yang bergantungan pada atap gua. Terbentuk tetesan air kapur dari atas gua. Stalakmit adalah kerucut-kerucut kapur yang berdiri pada dasar gua.
Karst Citatah
Barangkali semua pecinta alam yang ada di Bandung atau mungkin saja pecinta alam dari luar Bandung mengetahui kawasan ini. Sebuah kawasan di Bandung Barat tepatnya di km 5 dari padalarang, sepintas saja bila memasuki kota Bandung dari arah Cianjur, Bogor, Jakarta yang melewati puncak atau Jonggol akan kelihatan jelas berada di samping kanan. Dengan morphologi kawasan yang berbukit dan terbentuk sebagian besar dari kapur, Citatah terlihat berbeda dengan bukit-bukit pada umumnya. Citatah pernah menjadi bahan perbincangan di berbagai media lokal dan nasional, setelah KRCB (Kelompok Riset Cekungan Bandung) melakukan kajian terhadap kawasan ini. Sebagian penemuan KRCB yang fenomenal yaitu ditemukannya situs purba di Gua Pawon pada 9 Desember 2000 yang untuk pertama kalinya di Goa Pawon, Pasir Pawon, Kars Citatah, antara lain berupa alat-alat batu dan tulang, gerabah, sisa tulang, dan gigi binatang.
             Kawasan karst di Citatah kini menjadi daerah yang selalu dituju oleh para penggiat alam terbuka, pemanjat tebing, atau para wisatawan yang hanya ingin menikmati suasana Bandung Purba. Memang, bila berada di kawasan ini selama beberapa hari, di Gunung Masigit atau Gua Pawon, suasana zaman dahulu terasa sangat kental. Bagi para penggiat alam terbuka dan pemanjat tebing,  Citatah pun sering dijadikan tempat latihan, baik untuk kegiatan pendidikan dasar ataupun pendidikan lanjutan. Tentang kegiatan pendidikan ini, salah satu tebing di kawasan Citatah sudah lama dijadikan tempat latihan militer, tepatnya di tebing 48. Di atas atau puncak Tebing 48 ini terdapat sebuah monumen berbentuk pisau belati yang biasa digunakan untuk kegiatan-kegiatan alam terbuka. Selain tebing 48, ada juga tebing 125 yang biasa dijadikan tempat latihan dan tujuan pemanjatan.
             Dengan karakteristik yang khas dan menarik, tebing 125 menjadi kawah candradimuka-nya pemanjat-pemanjat tebing di Bandung. Gua pawon dan sekitarnya setelah ditemukan fosil-fosil sudah menjadi kawasan konservasi yang tidak bisa begitu saja di pakai untuk kegiatan-kegiatan alam terbuka. Walaupun pada awalnya Gua Pawon selalu dijadikan tempat untuk praktek Caving atau susur gua. Tidak hanya penggiat alam terbuka dari Bandung saja yang sering menggunakan kawasan ini, banyak perhimpunan dari luar Bandung seperti dari luar Jawa seperti Sumatera, Lampung dan yang sering menggunakan kawasan ini untuk latihan ataupun ekspedisi.
Bagi pecinta alam, kawasan karst Citatah adalah daerah kajian yang harus dipertahankan. Ini karena menyangkut masa depan lingkungan pada umumnya. Di yogyakarta isu-isu tentang konservasi kawasan karst ini sudah menjamur sejak tahun 2000, saat itu ada sebuah perhimpunan yang melakukan lokakarya kawasan karst. Tinjauan langsung kelapangan setelah lokakarya menyimpulkan sebuah hal tentang pentingnya konservasi kawasan karst.
            Karst adalah nama kawasan batu gamping di daerah Yugoslavia. Dimana akhirnya nama ini dipakai untuk menyebut secara umum suatu kawasan yang menunjukkan fenomena alam yang terjadi karena perpecahan batu gamping/kapur, dolomite, gypsum atau garam oleh air hujan, es yang mencair, aliran sungai ataupun aliran air bawah tanah yang menghasilkan formasi atau bentuk celah, lubang, gua dan saluran-saluran air. Dapat juga dikatakan kawasan ini merupakan bagian muka bumi yang dialasi oleh bentukan yang mengalami proses karstifikasi atau pelarutan batu gamping oleh air. Gua karst sendiri terjadi dengan memakan waktu ratusan bahkan ribuan tahun. Fenomena ini memperlihatkan morfologi yang unik seperti adanya sistem aliran air bawah tanah, dekorasi gua dll.
            Fenomena unik dari kawasan karst ini menjadi isu yang penting setelah terjadinya kerusakan-kerusakan seputar kawasan karst. Bila kerusakan ini terus menerus terjadi, kemungkinan ekologi seputar kawasan ini juga terganggu. Dalam sistem ekologi ketika satu sistem terganggu maka sistem secara keseluruhan juga akan terganggu. Mungkin saja dampak kerusakan di Citatah hanya bisa dirasakan sedikit saat ini, seperti tertutupnya beberapa kawasan yang bisa dijadikan tempat untuk latihan karena longsoran atau getaran alat berat yang dikhawatirkan akan mencelakakan para pemanjat tebing. bukanlah hal yang mustahil bila kerusakan di Citatah tidak diperhatikan, para pecinta alam ataupun penggiat alam terbuka tidak akan lagi merasakan kawasan ini, baik sebagai tempat latihan atau tempat pendidikan dasar anggotanya.
            Selanjutnya, barangkali bila kawasan karst Citatah sudah rusak, bukan saja penggiat alam terbuka dan pecinta alam yang akan merasakan dampaknya tapi semua elemen dalam sistem ekologi termasuk manusia akan merasakan dampaknya. Melakukan sebuah usaha nyata untuk konservasi kawasan karst seperti penghijauan atau bahkan penghentian pertambangan untuk beberapa bukit kapur menjadi sebuah keharusan agar keseimbangan alam serta kelestarian lingkungan tetap terjaga.
Potensi Kawasan Karst Citatah
Tidak hanya batuan gamping saja yang terdapat di kawasan ini namun  dari aspek hidrologi wilayah endokarst (dalam karst) di kawasan karst ini kaya akan sumber air. Dalam Aspek Ilmu Pengetahuan, gua di kawasan ini dapat dijadikan suatu laboratorium alam bagi ilmuwan biologi, geologi, karstologi, dll. Gua juga merupakan habitat bagi kelelawar,  dan walet. Walet yang tinggal dalam gua merupakan aset hayati yang sangat berharga. Gua juga merupakan aset wisata alam yang sangat unik dan menarik baik sebagai gua wisata umum maupun khusus (adventure). Contoh :Gua Pawon.
Gua tertentu dapat dikembangkan sebagai obyek wisata gua. Fenomena bukit karst alam. Macam olah raga dapat dikembangkan di kawasan ini antara lain penyusuran gua, panjat tebing, lintas medan, jalan lari-lintas medan.


Gua Pawon
Goa Pawon terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Padalarang, Kabupaten Bandung, atau sekitar 25 km arah barat Kota Bandung. Lokasi penemuan terletak tidak jauh dari sisi jalan raya yang menghubungkan Bandung–Cianjur dan kota-kota lainnya di sebelah barat. Disebut Goa Pawon karena lokasi temuan berada di dalam goa kars yang terletak di sisi tebing bukit kars Gunung Masigit yang oleh penduduk setempat dinamakan Goa Pawon. Dalam bahasa Sunda, pawon artinya sama dengan dapur. Jika diukur dengan permukaan tanah terendah di daerah itu yang diperkirakan merupakan dasar danau, maka letak goa tersebut berada pada ketinggian sekitar 100 meter. Lebih dari seabad silam, para peneliti sudah menduga bahwa Dataran Tinggi Bandung pernah dijadikan hunian manusia sejak zaman prasejarah. Dugaan ini diperkuat dengan ditemukannya berbagai peralatan dari batu seperti anak panah, pisau, dan kapak yang terbuat dari batu obsidian dan artefak lainnya yang tersebar di beberapa tempat. USAHA menemukan jejak manusia purba di Dataran Tinggi Bandung akhirnya menjadi kenyataan ketika pertengahan Juli lalu, para arkeolog dari Balai Arkeologi (Balar) Bandung yang menindaklanjuti penelitian sekelompok geolog muda yang tergabung dalam Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB), menemukan fosil manusia purba di daerah yang disebut Goa Pawon.
Penelitian lebih mendalam terhadap Goa Pawon barulah dilakukan dua tahun kemudian oleh Balar Bandung. Dipimpin arkeolog Drs Lutfi Youndri, penelitian dilakukan sejak 10-19 Juli lalu. Dari penggalian yang dilakukan, selain ditemukan sekitar 20.250 serpihan tulang-belulang dan 4.050 serpihan batu, pada kedalaman 80 cm ditemukan fosil tulang tengkorak manusia. Sementara pada kedalaman 120 cm, ditemukan fosil tulang kering dan telapak kaki manusia prasejarah. Baik Lutfi maupun Tony Djubiantono meyakini masih terdapat fosil individu lainnya di tempat tersebut.
Pada sedimen goa tersebut diakui pernah ditemukan artefak, kepingan tulang vertebrata dan beberapa jenis moluska darat. Menurut dia, penemuan itu mengukuhkan nilai arkeologi goa yang informasinya dapat dipakai untuk menafsirkan keberadaan manusia purba atau prasejarah yang diduga tinggal di sekitar pinggiran Danau Bandung Purba. Ia menduga, goa tersebut hanya merupakan tempat persinggahan dan bukan merupakan tempat tinggal manusia prasejarah. Di sebelah utara, menjulang tinggi gunung api yang dikelilingi laut. Tingginya sekitar 3.000 meter. Karena puncaknya selalu diselimuti es, gunung tersebut dinamakan Gunung Sunda, kata yang berasal dari bahasa Sanksakerta. Cuda artinya putih, bersih. Kelak dikemudian hari, sejalan dengan peristiwa geologi yang terjadi, daratan bagian selatan Pulau Jawa makin terdesak ke atas. Sementara pantainya di bagian utara makin terdesak sehingga dasar laut di daerah Dataran Tinggi Bandung berubah menjadi daratan.
Bukti fenomena alam tersebut hingga kini masih bisa kita saksikan dengan jelas jika memasuki Bandung dari arah barat, baik melalui Cianjur maupun Purwakarta/Cikampek. Seperti kawasan kars lainnya, kawasan kars Padalarang yang tersebar di daerah Cipatat dan Tagogapu, pada awalnya berasal dari koloni binatang dan tumbuhan yang hidup dan tumbuh di laut dangkal. Namun, dengan terjadinya pergeseran pantai, koloni binatang dan tumbuhan tersebut kemudian mati lalu membentuk batu gamping. Apa yang bisa kita saksikan sekarang ini sebenarnya merupakan hasil proses geologi setelah batuan tersebut kemudian terangkat ke permukaan. Gunung Sunda yang terdapat di Dataran Tinggi Bandung merupakan gunung api yang sangat aktif. Gunung api tersebut diperkirakan mengalami beberapa kali letusan dahsyat. Gunung Tangkubanperahu yang menjadi land mark Dataran Tinggi Bandung dan Gunung Burangrang di sebelahnya yang selalu dikait-kaitkan dengan legenda Sangkuriang, sebenarnya merupakan parasit Gunung Sunda setelah mengalami beberapa kali letusan dahsyat.
Letusan dahsyat itu juga meningalkan patahan Lembang yang hingga kini bisa kita saksikan jika berkunjung ke daerah bagian utara Bandung. Peristiwa alam tersebut tidak terhenti sampai di situ. Sebagai gunung api yang hingga masih aktif, dalam salah satu letusannya yang paling dahsyat, Gunung Tangkubanperahu memuntahkan abu dan material vulkanik lainnya. Aliran lava dan awan panas mengalir ke segala penjuru sampai akhirnya menyumbat aliran Sungai Citarum dan sejumlah anak sungainya di daerah yang kini bernama Rajamandala.
Secara perlahan-lahan, sumbatan lava itu akhirnya menciptakan Danau Bandung yang sangat luas. Di kalangan masyarakat Sunda, danau tersebut sering disebut Situ Hyang. Permukaan air Danau Bandung Purba ketika itu diperkirakan tingginya sekitar 725 meter di atas permukaan laut. Ini berarti, bibir danau tersebut membentang dari Sanghyang Tikoro di Rajamandala di sebelah barat sampai Cicalengka di sebelah timur, sejauh lebih kurang 50 km
Danau Bandung Purba sebenarnya bukanlah hanya dongeng semata. Secara geologis, fenomena itu bisa dibuktikan dengan berbagai peristiwa alam yang pernah dilalui dalam perjalanan sejarahnya. Dataran Tinggi Bandung yang kini dihuni lebih dari tujuh juta jiwa manusia, pada awalnya merupakan dasar lautan. Daratan tertinggi hanya ada di daerah Pangalengan.


 Kerusakan Kawasan Karst Citatah
Kerusakan lingkungan karst  ini dapat  terjadi karena Pembakaran batu gamping untuk kapur  Pengambilan fasfat, guano, mineral kalsit, stalagtit/stalagmit dari gua-gua  Komersialisasi gua-gua batu gamping secara sembrono  Pengambilan sarang walet dan kelelawar. Penelusuran gua oleh "pecinta alam" tanpa mengerti yang harus diperhatikan, tanpa mengenal ekologi gua yang rapuh, dan tanpa mengetahui konservasi lingkungan gua .Kerusakan total kawasan batu gamping dan pembuatan semen Usaha gampingisasi lahan-lahan pertanian. Sepeti yang terjadi gunung masigit Kecamatan Padalarang,Kabupaten Bandung .Penggalian bukit kapur di sekitar kawasan Gunung Masigit , sebaiknya mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah. Pengawasan dan pembatasan izin pertambangan kapur itu diperlukan, mengingat di daerah tersebut terdapat beberapa cagar geologi yang nilainya sangat tinggi bagi kelestarian budaya serta ilmu pengetahuan. Cagar Geologi yang terdapat di daerah itu, antara lain Gua Pawon, Pabeasan, Gunung Hawu, dan Gunung Manik. Semuanya berada dalam radius sekitar 3 kilometer dengan pusatnya Gua Pawon di Kawasan Gunung Masigit, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung. Jika penggalian batu gamping dibiarkan hingga habis, bencana lebih besar akan menanti. Akibat tersingkapnya batu gamping ke permukaan batu lempung, formasi batu asih yang mempunyai sifat lemah dan tidak stabil, akan memicu longsor meluas dan hilangnya sumber air. terjadinya penambangan liar di kawasan tersebut karena bukit-bukitnya mengandung kapur, Jika ditinjau dari sudut ekonomi jangka pendek sangat menggiurkan karena bisa dipakai untuk aneka industri, seperti bahan baku semen portland, batu lantai, batu tempel, dan kapur tohor. Juga belakangan batu gamping juga dipakai untuk industri kosmetik, karet, pasta gigi, pigmen, farmasi, cat, besi-baja, dan agroindustri.



BAB III
KESIMPULAN


Kawasan karst Citatah merupakan suatu kawasan yang memiliki nilai histories dan geologi yang tinggi sehingga keberadaan kawasan ini perlu di pertahankan. Dimana dikawasan ini terdapat situs-situs  bersejarah yang  sangat penting bagi ilmu pengetahuan. Olen karena itu mari kita menjaga bersama kelestarian kawasan karst ini serta pemerintah  perlu berperan aktif untuk menjaga kelestarian kawasan ini dengan pengawasan yang khusus  dan  memaksimalkan Peraturan Daerah No 2 tahun 2002 tentang Cagar Geologi. Agar kawasan ini tetap ada hingga generasi kita di masa yang akan datang.